Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cijulang dan Cisewu 1956 : Pasca Pendudukan Darul Islam

7 Juni 2014   22:39 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:47 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cijulang adalah salah satu kecamatan dalam wilayah dalam Kabupaten Pangandaran (yang merupakan daerah pemekaran).Sebelumnya Cijulang termasuk wilayah Kabupaten Ciamis.Pada 1950-an Cijulang merupakansalah satu daerah yang berada dalam kekuasaan Darul Islam. Cijulang merupakan nama kewedanaan yang mempunyai tiga buah kecamatan, yaitu kecamatan Cijulang, Cigugur dan Langkaplancar dengan 22 desa.Penduduknya menurut laporan PikiranRakjat 14 April 1956sekitar 60 ribu jiwa. Dari jumlah itu dua pertiganya menjadi pengungsi.

Wedana Cijulang waktu itu Amas Sutamihardja merupakan wedana yang baruditugaskan di Kecamatan Cijulangyang sebelumnya wedana yang diberbantukan di Bogor.Sementara dari kalangan militer adalah Komandan Batalyon 608 Resor 20 TT VI Mayor Surjo Sumpeno. Di seluruh kewedanaan itu pada 1956 terdiri delapan desa yang dijadikan beku atau wilayah vakum.Penyelidikan ke desa-desa pada April 1956 masih dilakukan berhubung dengan pemerintahan Republik Indonesia masih dalam proses penyusunan delapan bulan setelah penempatan Batalyon 604pada Agustus 1955 di Kewedanaan Cijulang.Sebelum ini rakyat Cijulang belum pernah merasakan Pemerintahan RI sama sekali.

Desa-desa vakum yang terdata ialah Desa Kartahardja, Ciparanti, Sindangsarididiami sekitar seribu kepala keluarga. Sementara di Kecamatan Cigugur terdapat dua desa vakum, yaitu Desa Pagarbumi dan Desa Jadimulya dengan jumlah penghuni sekitar 1500 kepala keluarga. Kecamatan Langkaplancar mempunyai tiga desa vakum di mana tinggal sekitar 2000 kepala keluarga.Ketiga desa itu adalah Desa Pangkalan, Desa Bojongkondang, Desa Cimanggu yang merupakan daerah surplus.

Secara keseluruhan wilayah Cijulang daerah minus. Rakyatnya menderita kekurangan makanan akibat pengacauan yang dilakukan gerombolan.Kawasan ini sangat terpencil dan jarang didatangi tentara. Itu sebabnya pengaruh gerombolan bersenjata di daerah ini sangat besar. Menurut Amas Sutamihardja bukan hanya rakyatnya yang tidak bisa dipercaya, tetapi juga lurahnya.Kalau wedana itu mengadakan inspeksi ke desa-desanya, ia harus dikawal dan itu pun terbatas pada beberapa desa yang berdekatan saja.

Perhubungan antara Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Langkaplancar terputus. Jalan-jalan yang menghubungkan Banjarsari-Padaherang-Pangandaran dan Cijulangtidak bisa ditempuh kendaraan umum karena sangat rusak.Gerombolan mengusai dua kecamatan yang merupakan daerah terkaya dalam wilayah itu.Administrasi Pemerintahan RI berantakan tidak saja di desa-desa tetapi juga kewedanaan. Bahkan sebelum Amas ditugaskan pemerintahan RI tidak berjalan di tempat itu.Seorang camat di wilayah ini ditipu selama lima tahun oleh lurahnya yang ternyata paling setia membantu DI.

Salah satu faktor yang membuat pengaruh Darul Islam di sekitar kewedanaan ini karena pemimpin-pemimpin DI sekitar kewedanaan tersebut berasal dari Cijulang. Di antaranya Dede Kartamihardja yang menjabat sebagai Residen DI untuk Priangan Timur. Bupati DI bernama Affandi berasal dari Desa Cigugur.Keduanya dikenal rakyatnya sebagai pemimpin yang membela kepentingan rakyat. Kedua pejabat itu juga punya hubungan keluarga dengan rakyat daerah tersebut.

Di daerah istilah yang disebut KONG dan RES untuk julukan mereka yang bermuka dua. Kalau ada dari pihak menanyakan sesuatu pada rakyat desa, maka mereka bilang beres. Tetapi kalau gerombolan yang datang mereka menyokong.Kawasan Cijulang juga merupakan daerah yang sangat baik dipergunakan untukbergeriliya.Kekuatan gerombolan di daerah ini sukar dilumpuhkan.

Kisah Cisewu Pesta Wayang Golek

Selain Cijulang, Cisewu juga merupakan salah satu kasus yang menarik dalam sejarah pendudukan Darul Islam. Pada 13 hingga 17 Oktober 1956 Pikiran Rakjat menurunkan laporan wartawannya mengenai kunjungan Gubernur Jawa Barat Sanusi Hardjadinata dan Panglima Siliwangi Letkol Dadang Suprayogi ke kawasan Cisewu.Rombongan ini ingin meresmikan kembali kampung yang sudah dibangun kembali-sekaligus sebetulnya menyembuhkan kondisi psikis penduduk setempat.

Diceritakan Cisewu diserang secara besar-besaran oleh gerombolan bersenjata lengkap pada 16 Oktober 1953 pukul 20.00. TNI memukul kembali gerombolan ini cukup telak pada 17 Januari 1956. Tentara dari Kompi III/301 dipimpin Letnan Satu Mochamad Ma’um melakukan operasi sekitar Salawi, Cibuluh, Cikarang, Cidaun. Empat bulan setelah operasi, pada 14 April 1956 rakyat membangun kembali tempatnya. Di setiap desa berdiri Sekolah Rakyat 6 Tahun sebanyak 14 buah yang mempunyai sekitar 4000 murid dan 75 guru.Setiap desarata-rata mempunyai 2400 ha sawah.

Dalam meresmikan pulihnya Cisewu rombongan gubernur dikisahkan menggunakan beberapa jeepyang bergerak lamban karena harus mendaki tanah berlumpur membuat satu demi satu jeep terbenam. Mereka sudah bergerak sejak pagi namun baru pada pukul 13.00 tiba di Kampung Mancagahar, lereng pegunungan Kencana.

Kampung ini baru dibangun dari kehancuran dan masih tetap dalam ancaman gerombolan. Fasilitas umum masih minim dan disebutkan antara lainsebuah Sekolah Rakyat 6 Tahunyang mempunyai 300 murid dan 8 orang guru.Gubernur Sanusi berpidato di bawah gerimis hujan bersama sekitar 250 orang.Dalam pidatonya Sanusi antara lain mengatakan:

Gerombolan-gerombolan adalah bangsa kita djuga. Tapi ia tidak mau diajak membangun bersama-sama…….”(Pikiran Rakjat 13 Oktober 1956).

Dari Mancagahar, rombongan Gubernurmelakukan long march ke Cisewu yang berjarak 17 km.Gubenur dan Panglima menunggang kuda, sementara yang lainjalan kaki melalui celah batu dan kerikil tajam, serta tanah yang berlumpur.Rombongan tiba di Kota Cisewu sekitar pukul 7 malam.Sanusi disebutkan menggunting pita di gerbang, meresmikan Kota Cisewu.Selanjutnya rakyat menyambut rombongan dengan kegembiraan.

Dalam kegiatan ini rakyat menyaksikan pertunjukkan wayang golek yang diselenggarakanoleh Jawatan Kebudayaan Garut pimpinan Kosasih Djajakusumah.Ada yang datang dari tempat yang jauhnya belasan kilometer. Kebanyakan mereka tidak pernah menikmati hiburan wayang golek sejak zaman normal (Pikiran Rakjat 15 Oktober 1956). Rombongan menginap semalam di Kota Cisewu. Rumah-rumah sudah dibangun teratur dan berderet-deret dan begitu juga kantor pemerintah, termasuk kantor pos komando Cisewu dengan asrama tentara.

Keesokan paginya rakyat yang datang bertambah banyak. Pikiran Rakjat 17 Oktober 1956 melukiskan antara lain:

Pagi hari terdengar gemuruh gendang ditabuh bertalu-talu untuk sedejenak berbondong-bondong rombongan rakjat dalam pakaian jang bertata warna masuk ke kota.Serombongan demi serombongan mengalir dari berbagai penjuru.Ada jang datang dari Desa Cikarang sejauh 20 Km. Djumlahnja tak kurang dari 5000 pendatangwanita dan pria, besar, ketjil, tua-muda berkumpul di alun-alun di mana gubernur dan panglima memberi wejangan.

Gubernurmeletakkan batu pertama tugu kota Cisewu yang disiapkan Sersan Mayor R Sumardihiono.Hari terakhir gubernur dan rombongan dimeriahkan dengan lomba panjat pinjang.Dalam kesempatan itu PanglimaTNI Siliwangi Dadang Suprayogi menyapa rakyat dengan ramah dalam Bahasa Sunda kira-kira seperti ini: “Para mitra sadajana sim kuring ngaraos bingah pisan kulantaran…”

Cijulang dan Cisewu merupakan dua daerah yang menyimpan tragedi sejarah negeri ini. Sekaligus memberikan pelajaran betapa pahitnya perang saudara itu.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun