[caption caption="Surga yang Tak Dirindukan Peringkat Pertama box Office 2015 untuk Film Indonesia?"][/caption]Dari segi jumlah penonton tidak terlalu banyak bergeseran pada genre film Indonesia yang beredar pada 2015 dibandingkan 2014 bahkan dibandingkan 2013. Film bergenre religi Islam Surga yang Tak Dirindukan hampir bisa dipastikan menduduki posisi puncak box office 2015 dengan 1.523.570 penonton disusul film bergenre komedi Comic 8: Casino Kings dengan 1.211.820 penonton di posisi kedua. Jauh di bawahnya adalah Magic Hour 859.705, film remaja bergenre drama romantis.
Posisi ketiga ini masih bisa digeser oleh film yang kebetulan tayang bersamaan pada 17 Desember , “Raditya Dika” Single yang kini ada di posisi keempat 780.866 dan film yang digolongkan sebagai film religi (bagi saya film kemanusiaan), Bulan Terbelah di langit Amerika berada di posisi ke tujuh dengan 589.925 penonton. Hebatnya kedua film ini mampu bertanding dengan Star Wars: The Force Awaken. Ini menurut data dari www.filmindonesia.or.id hingga Senin 28 Desember 2015.
Itu artinya minggu depan Single berpotensi paling tidak merebut posisi ketiga hanya dengan menambah 100 ribu penonton (saya kira lebih). Bukan tidak mungkin menyentuh angka satu juta penonton di akhir masa tayang. Walau tipis kemungkinan Single berpeluang merebut box office atau di posisi kedua. Sementara Bulan Terbelah di Langit Amerika hitungan yang paling konservatif sekalipun dengan 100 ribu penonton saja berada di posisi kelima, menggeser 3 Dara (bergenre komedi) dan film sejarah Di Balik 98 dengan jumlah penonton 684.727. Bulan Terbelah di Langit Amerika juga punya peluang jadi box office Indonesia 2015, walau pun tipis. Posisi ketiga cukup baik bagi film arahan Rizal Mantovani ini.
Dua film yang baru tayang, yaitu Negeri Van Oranye 171.252 penonton dan Sunshine Becomes You dengan 128.523 masih mungkin menembus angka 300 ribu penonton di akhir masa tayangnya dan itu artinya masuk 10 besar. Itu artinya Warisan Olga yang ada di posisi ke sepuluh 296.773 penonton besar kemungkinan terdepak keluar. Bahkan satu-satunya film bergenre horor di 10 besar 2015, yaitu Tarot dengan 329.160 penonton ada kemungkinan ikut terdepak. Ada satu film religilagi, yaitu Air Mata Surga dipastikan tetap dalam 10 besar dengan angka 400 ribuan penonton. Ini artinya ada tiga film religi berkaitan dengan Islam sama seperti 2014.
Bandingkan dengan 2014 di mana film bergenre komedi Comic 8 meraup 1.624.007, disusul film laga The Raid 2: Berandal 1.424.272, film drama inspiratif Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar 715.671, film religi Hijrah Cinta 711.205 serta film “Raditya Dika” Marmut Merah Jambu dengan 640.682 dan 99 Cahaya di Langit Eropa 2 meraih 587.042, film religi Assalamulaikum Beijing 560.465 dan Supernova: Ksatria, Puteri dan Bintang Jatuh 501.258. Sebagai catatan pada 2014 tak satu pun film horor masuk 10 besar.
Pada 2013, dua film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk 1.724.110, disusul 99 Cahaya di Langit Eropa (bagian satu) 1.189.709, film sejarah Soekarno 960.711, serta film “Raditya Dika” Cinta Brontosaurus 892.915 penoton diurutan berikutnya. Polanya bisa dibaca bahwa film berkaitan dengan religi Islam dan berdasarkan novel, film drama komedi dan berapa di antaranya berkaitan dengan Raditha Dika begitu mendominasi lima besar.
Hanya film laga luar biasa (sejauh ini ada sentuhan teknis sineas orang luar negeri) atau film sejarah yang tidak tanggung-tanggung pembuatannya yang bisa menggoyang dominasi dua genre ini. Film bergenre drama romantis bila berdasarkan novel masih mungkin meraup 300-500-an ribu penonton dan hanya Magic Hour yang bisa menembus angka 800 ribu penonton. Pada posisi 6-10 pun film religi dan drama komedi begitu kuat. Jadi mau ada film box office Hollywood sekali pun pada tayangnya film religi dan film drama komedi tertentu tetap ada segmen pasarnya. Kalau saja bioskop di Indonesia jumlah dan sebarannya lebih banyak, maka film Indonesia yang meraih angka satu juta penonton tidak hanya dalam hitungan jari, mungkin bisa dari lima film dalam setahun.
Dari segi lokasi seperti halnya pada 2014, bahkan juga sebelum itu, karena memang diangkat dari novel film Indonesia yang juga bersetting di luar negeri, maka syutingnya juga di negara yang sama, sebut saja LDR (Italia), Negeri van Oranye (Belanda), Sunshine Becomes You (New York), Bulan Terbelah di Langit Amerika (New York) dan sebagainya. Bagi saya sepanjang ceritanya inspiratif, edukatif tidak menjadi persoalan. Secara sosiologis menggambarkan sudah banyak orang Indonesia yang sekolah di luar negeri dengan segala persoalannya dan tidak semuanya dari kalangan menengah atas. Apa yang digambarkan juga tidak mengada-ngada.
Syuting di luar negeri bukan hal yang baru pada 1980-an sudah ada film Indonesia beryuting di luar negeri, sebut saja Ketika Musim Semi Tiba (1986) dengan syuting Roma, Italia, Catatan Si Boy III (1988) dengan lokasi syuting di Los Angles. Dari segi cerita kedua film itu mengundang kritik bahkan hanya pamer kemewahan daripada nilai edukatifnya. Sekalipun kedua film itu juga menggambarkan perubahan sosial yang sudah terjadi dengan munculnya “orang kaya baru”.
Prediksi Beberapa Film Indonesia pada 2016
Prediksi saya pada 2016 genre komedi dan religi juga punya pasar yang kuat. Lanjutan Comic 8: Casiono Kings 2 tentunya ditunggu bagi mereka yang sudah menonton sekuel pertamanya, saya kira potensi masuk lima besar. Beberapa film yang sudah fenomenal seperti Ada Apa dengan Cinta 2 bergenre drama romantis saya prediksi masuk lima besar dengan jumlah penonton di atas 700 ribu. Itu hitungan yang paling konservatif. Angka satu juta juga mungkin bisa ditembus kalau timingnya tepat, tetapi saya kira cukup sulit melewati angka dua juta mengingat tiga tahun terakhir tidak ada film Indonesia melewati angka ini.