[caption caption="Suasana TPS di Kampung Saya di Cinere"][/caption]
Cuaca cerah menyambut hari pencoblosan Pilkada Kota Depok di kampung saya kawasan Cinere sekitar pukul 9.30, 9 Desember 2015 dan sejumlah daerah juga berlangsung pilkada dan disebut sebagai Pilkada Serentak. Petugas di TPS nomor 37 menyebutkan bahwa saya adalah orang yang ke 40 dari sekitar 387 pemilih terdaftar di TPS itu. Sementara di TPS 36 yang tak jauh hanya 31 orang dari sekitar 387 pemilih dan 40 dari 357 pemilih di TPS 35. Partisipasi ini sesuai dengan prediksi saya bahwa di Cinere yang sebagian besar warga “dormitory” (hanya numpang tidur, tetapi aktifitasnya di Jakarta) tidak terlalu antusias terhadap pilkada Kota Depok.
Ibu Lina, seorang warga sekampung saya misalnya bilang bahwa ia tidak kenal dengan calon walikotanya Idris Abdul dan pasangannya Pradi Supriatna yang didukung PKS, Gerindra dan Demokrat maupun Dimas Oki dan Babai Suhaimi yang didukung PDI Perjuangan, Golkar dan PAN serta sejumlah partai lainnya . Begitu juga Syari, sobat saya tahu siapa mereka, tetapi apa visi dan misinya tidak terlalu tahu. Artis Tasya Kamila sesibuk apa pun menurut petugas di TPS tampak waktu Pilpres yang baru lalu, begitu juga Edwin.
Tampaknya kedua pasangan ini atau tim suksesinya tidak mengadakan aktifitas mendekat pada warga. Saya sendiri melihat Somad dan Babai adalah warga asli sementara Dimas dan Pradi sama-sama pendatang kombinasi yang seimbang, dengan dukungan kombinasi partai Islam dan nasionalis. Namun tampaknya “pertempuran” tidak terasa di wilayah kami, tampaknya kedua pasang calon lebih peduli pada Depok sebelah sana.
Sampai penghitungan suara di TPS 37 hanya 77 pemilih mencoblos, sementara pada TPS 36 sekitar 80-an dan TPS 35 sekitar 110-an. Menurut seorang ibu RT yang ada di sana ia sampai bingung partisipasi tidak sampai 50%. Pada penghitungan suara di kampung kami Dimas Oki/Babai unggul tipis 142 suara dibanding Somad/Pradi 131 suara atau selisih 11 suara dan 8 atau 9 suara rusak. Kampung saya adalah perumahan yang heterogen dan tertata dihuni pensiunan hingga golongan menengah atas.
Saya sudah menduga peluang Dimas Oki/ Babai sebetulnya adalah daerah “dormitory” seperti Cinere, dan beberapa cluster di Sawangan atau di Cimanggis dibanding di kawasan tradisional sebelah selatan. Namun karena tidak maksimal menggarapnya, di kawasan ini juga pasangan PKS/Gerindra juga unggul. Di TPS 39 di Kampung Ismaya yang “tradisional” pasangan nomor urut 2 Somad/ Pradi mendapat 149 suara sementara Dimas/Babai hanya 51 suara.
Dari analisis ini saya bisa menebak Somad dan Pradi dipastikan unggul di Kecamatan lain. Hasil quickcount dari Cyrus Network pasangan Idris Abdul Somad/Pradi Supriatna mendapatkan 60,82% dan Dimas Oki/Babai Suhaimi 39,18%. Selisih 20% sekali pun ada margin eror dan menunggu hasil dari KPU bisa dipastikan Idris Somad yang kini menjabat wakil wali kota bakal memimpin Depok lima tahun mendatang.
Mengapa Somad dan Pradi unggul terutama di kawasan seperti Depok Lama, Beiji, Limo dan sebagainya? Seorang sobat saya nama Dini, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Depok Lama mengungkapkan pengalamannya. Bahasanya yang diungkapkan melalui melalui media sosial, tidak banyak saya edit dan dibiarkan lepas dengan bahasanya. Tetapi itu mencerminkan pandangannya pada calon yang bertarung
“Suatu ketika Ramadhan yang lalu saya suami dan anak, pergi naik motor cari buat bukaan. Terus saya pergi ke pedagangnya, dan suami nunggu di pinggir jalan di atas motor. Tiba-tiba rombongan Idris Somad lewat, melihat suami, beliau langsung buka kaca mobil dan menyapa suami. Terus di akhir Romadhon, beliau sholat Jum'at di masjid dekat rumah, dan kebetulan ketua DKMnya suami saya, dan kebetulan pula giliran suami untuk jadi khotib Jum'at. Melihat Pak Idris datang, sontak suami menyuruh beliau jadi khotib, beliau langsung oke, dan akhirnya pinjam sarung suami sebelum naik mimbar…”