“Bukan pers yang menjadi Ratu Dunia, melainkan opini publik itu Ratu Dunia,” Adinegoro dalam peresmian Fakultas Djurnalistik dan Publisitas Universitas Padjajaran, Panti Karya, 18 September 1960.
***
Hanya dalam waktu tiga tahun sejak berdirinya pada 24 September 1957 hingga pertengahan 1960, Universitas Padjadjaran sudah mempunyai sembilan fakultas. Dalam sejarah Republik Indonesia bahkan sejak zaman Hindia Belanda baru pertama kalinya sebuah perguruan tinggi dalam waktu yang relatif singkat mampu mendirikan fakultas sebanyak itu.
Sembilan fakultas itu masing-masing, Fakultas Ekonomi, Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, Fakultas Kedokteran, Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat, Fakultas Administrasi Negara dan Niaga (kemudian menjadi Fakultas Sosial Politik), Fakultas Sastra, Fakultas Pertanian dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan [1]
Pekan Olahraga Mahasiswa Universitas Padjadjaran yang diikuti ke sembilan fakultas itu pada pertengahan Mei 1960 menjadi sebuah pretise. Pembukaan digelar di Stadion Siliwangi pada 16 Mei 1960 bukan saja dihadiri oleh para petinggi, seperti Presiden Unpad Iwa Kusumasumantri, tetapi juga Pangdam Siliwangi Kosasih [2]
Progresif lainnya untuk pertama kalinya pada Senin 1 Februari 1960 Dewan Mahasiswa Universitas Padjadjaran dilantik di dalam sebuah upacara di Gedung Panti Karya. Pelantikan Dewan Mahasiswa ini menjadi istimewa ketika dihadiri bukan saja oleh Presiden Unpad Iwa Kusumasumantri, para dosen, tetapi juga para pejabat militer dan kepolisian.
Para personilnya terdiri dari Ketua Dewan Mahasiswa Unpad Muhammad Djen Amar, Sekretaris Umum Danny N. Sanger, Ketua I dijabat oleh Saburi Mulia, Sekretaris I dan II masing-masing oleh Sanusi Kurnaen Rasidi dan Jusuf A Mam’mim, Bendahara oleh Imansjah Poeraatmadjadibantu oleh Safijudin Sastrawidjaja dan Adang Djuandi Kartajamena [3].
Namun hingga pertengahan 1960 belum ada kiprah yang berarti dari Dewan Mahasiswa ini yang saya temui. Kecuali sebuah pernyataan Dewan Mahasiswa Unpad menyatakan bahwa 7835 mahasiswa Unpad langkah pemerintah untuk perjuangan merebut Irian Barat pada Mei.
Pada Dies Natalis Unpad ke III pada 6 Oktober 1960 diumumkan bahwa jumlah mahasisa mencapai 8500. Jumlah ini jauh meningkat dibandingkan pada 1957 dengan 4 fakultas 2500 mahasiswa. Selama 3 tahun sebanyak 35 sarjana dan 200 sarjana muda sudah dihasilkan .
Angka itu menarik jika ditambah dengan mahasiswa dari ITB dalam upacara pembagian ijazah kepada 252 sarjana baru pada 9 November 1960 diumumkan jumlah mereka yang menajdi mahasiswa sekitar 4000 orang [4]. Itu artinya hanya dengan Unpad dan ITB saja jumlah mahasiswa di Bandung di atas 10 ribu orang.
Jika ditambah Universitas Parahyangan, Universitas Islam Bandung, Universitas Pasundan, Universitas Sariwegading, Universitas NU, Universitas Setyabudhi Bandung hingga beberapa sekolah tinggi seperti Telkom dan Pariwisata jumlah keseluruhan mahasiswa yang ada di Bandung diperkirakan sekitar 15-20 ribuan. Jumlah ini setara dengan satu setengah hingga dua persen dari populasi penduduk Kota Bandung waktu itu. Ironinya sejumlah 139. 917 ribu warga Bandung atau sekitar 14 persen populasi buta huruf [5].