Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bandung 1958 (13) Siliwangi Agustus-Oktober : Merangkul Ulama, Mengawasi Orang Asing dan Kebijakan Terhadap Krisis Bensin

11 Januari 2016   18:45 Diperbarui: 11 Januari 2016   19:06 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hingga Agustus 1958  pemberontakan di Sumatera dan  Sulawesi  belum  tanda-tanda berakhir.  Sekalipun pasukan TNI  mengalami kemajuan secara militer, tetapi  beberapa kali pemboman yang dilakukan pihak PRRI/Permesta  cukup mengkhawatirkan.  Kodam Siliwangi  menggelar Latihan bahaya udara di Kota Bandung pada awal Agustus 1958.   Latihan bahaya udara ini  menggunakan sirene, tanda tontong dan lonceng. Kendaraan bermotor diminta berhenti di tempat terlindung dan begitu juga warga kota Bandung mencari tempat perlindungan.  Ketika latihan bahaya udara dilakukan jalan raya dan kantor-kantor sepi dan kendaraan terlihat melintang.  

Panglima Siliwangi Kosasih  memberikan padangan soal keamanan dan revolusi mental  dalam rapat kerja Kepala Daerah Pangreh Praja , para kepala polisi dalam wilayah Keresidenan Priangan dan Kabupaten Bandung  pada 5 dan 6 September 1958.   Menurut Kosasih keamanan adalah suasana dan keadaan di dalam negara, di mana setiap warga negara, setiap waktu dan di mana saja dapat menjalankan pekerjaan yang sah tanpa diliputi rasa takut, serta segala  gangguan.  Yang dimaksud dengan gangguan itu ada yang berbentuk gangguan rohaniah yaitu tekanan-tekanan dan paksaan jiwa, serta gangguan jasmaniah  yang bersifat siksaan atau kekerasan.

Mengenai masalah gangguan keamanan di Jawa Barat, Kosasih dalam rapat itu membandingkannya dengan Malaysia ketika menghadapi pemberontakan komunis.  Di negeri itu kekuatan geriliyawan tidak melebihi tiga ribu orang  yang bisa dibedakan dengan warga biasa dengan jelas.  Kampung-kampung di Malaysia tidak tersebar seperti di Jawa Barat.  Sehingga tentara Inggris bisa memastikan bahwa orang berada di luar kampung ketika malam hari dan dikawal orang bersenjata, maka  mereka adalah gerombolan.  Seragamnya pun jelas bintang merah. Di Jawa Barat perbedaan tidak jelas  (Pikiran Rakjat 8 September 1958). 

Mengenai revolusi mental, Kosasih mengungkapkan:

“….Kita harus sadari bahwa pokok pangkal keberesan negara, kemakmuran  dan kebahagian rakjat bukan terletak pertama-tama pada ditaktur  atau demokrasi, bukan terletak pertama-tama pada peraturan atau undang-undang, tapi kepada mentalitet manusia-manusia jang menggunakan dan mendjalankannja. Bukan revolusi sosial tetapi revolusi mental….. “

Militer Merangkul Ulama

Pendekatan  terhadap korps pamongpraja  Jawa Barat  merupakan salah satu  langkah  untuk pemulihan  keamanan. Apa yang dilakukan Siliwangi merupakan bagian dari kebijakan Nasution.    Pihak TNI  juga mengadakan pendekatan terhadap kaum ulama.  Pada 7-9 Oktober 1958 langkah selanjutnya giliran 198 alim ulama se-Jawa barat di Hotel Paris Jati Lembang.  Pertemuan itu dipimpin oleh Letkol Omon Abdurrachman.  Kepala staf TNI  AD  A.H. Nasution  memberikan sambutan bahwa  selama gangguan keamanan terjadi di Jawa Barat dalam  sehari seorang tentara gugur dan lebih banyak korban di pihak rakyat.   

 

Hadir  juga Menteri Negara Urusan Kerjasama Sipil dan Militer, KH.Wahib Wahab. Sementara Menteri Agama KH Iljas dalam sambutannya menyatakan alim ulama di zaman merdeka berbeda dengan masa penjajahan dahulu namun tetap menegakan amar ma’ruf nahi munkar.  

Panglima Siliwangi Kosasih sendiri memberikan pernyataan, antara lain:

Apakah kurang pengetahuan, apakah penyalahgunaan pengetahuan, apakah salah tafsiran atau perbedaan tafsiran, yang mengakibatkan kedjadian-kedjadian itu hanja Tuhan pengetahui. Sangat mudah sekali seorang jang beragama Islam sekarang ini melontarkan kata munafik dan kafir kepada orang lain sekali pun beragama Islam.  Sedangkan munafik dan kafir adalah soaljiwa hanja Allah jang bisa mengetahui kebenarannja…”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun