[caption id="attachment_391030" align="aligncenter" width="300" caption="Berita peresmian Universitas Padjdjaran repro dari Pikiran Rakjat, Irvan Sjafari"][/caption]
Bandung semakin kokoh menjadi kota pelajar setelah Universitas Padjadjaran akhirnya diresmikan oleh Presiden Soekarno dalam upacara di Gubernuran Bandung pada pagi hari  24 September 1957. Hadir dalam pembukaan itu Perdana Menteri Juanda, beberapa menteri kabinet PP dan K, Dalam Negeri, Agama, antar Daerah dan Menteri Veteran, serta tokoh pendidikan seperti Prof.Sardjito (Universitas Gajahmada), Prof.Dr. Bahder Djohan (universitas Indonesia), Prof. A.G Pringgodigdo (Universitas Airlangga).
Dalam upacara pembukaan lagu Indonesia Raya bergema, Ketua Presidum Universitas Negeri Padjadjaran R.Ipik Gandamana  memberikan laporan, diikuti Menteri PP dan K Prof.Dr.Prijono atas nama presiden-presiden universitas dan akhirnya Presiden Soekarno menyampaikan amanatnya. Presiden menyebutkan beberapa tantangan yang datang  dari negeri luar yang menguji apakah rakyat Indonesia (dalam hal ini mahasiswa)  sanggup mempertahankan negara kesatuan berdasarkan Pancasila seperti yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945?
Soekarno menyebutkan untuk menghadapi tantangan itu kita harus mempunyai tiga investasi, yaitu investment of humanskill, mental-investment dan mental in. Penyebutan ini tampaknya berkaitan dengan revolusi mental yang diungkap Soekarno beeberapa kali dalam 1957. Menurut Soekarno berdirinya  Universitas Padjadjaran menghadapi tantangan itu.
Science itu selalu revolusinoner. Ilmu itu senantiasa berdjalan di mukanya zaman. Apa jang benar untuk hari ini, belum tentu akan paling benar pula untuk besoknya, karenanja senantiasa ilmu itu madju dan revolusioner. 1
Berbicara soal cita-cita kemerdekaan Soekarno menyebutkan bahwa dirinya adalah tergolong orang yang paling tahu tentang isi Pancasila dna naskah Porklamasi baik yang tersurat maupun yang tersirat. Dia juga mengklaim bahwa ia tahu akan adanya tantangan itu sendiri.
Sementara Menteri PP dan K Prijono menganggap berdirinya Universitas Negeri Padjadjaran di sebuah kota di mana berlangsungnya Konferensi Aasia-Afrika adalah suatu hal yang penting. Sejak dilangsungkannya Konferensi AA di Bandung, menurut menteri semangat Bandung terkenal di sleuruh dunia. Bandung adalah factor pendamai di antara dua blok besar yang bertentangan di dunia. Prijono menyebutkan saat itu ada tiga jenis imprealisme, Imprealisme Moskow, Imprealisme Whasington dan Imprealisme Bandung. Ketiganya ingin menguasai dunia dengan cara maisng-masing, namun Imprealisme Bandung yang paling baik.
Ketua Presidium Universitas Padjadjaran Ipik Gandamana menyebutkan bahwa kehendak rakyat Jawa Barat tercapai. Perjuangan ingin mempunyai universitas sendiri ini sudah dimulai sejak 1951 dengan terbentuknya Yayasan Universitas Krisnadwipajana. Pada 1952 sebetulnya sudah diperjuangkan mendapatkan pengakuan pemerintah namun tidak berhasil.
Pendaftaran mahasiswa Unpad ini berlangsung pada 1 hingga 15 September dan dilangsungkan pada sekretariat Universitas Merdeka (Gedung Panti Budaya).  Syarat-syaratnya antara lain berijazah SMAN Negeri Bagian A, B dan C. Fakultas kedokteran untuk sementara waktu hanya untuk tahun pelajaran pertama. Kuliah untuk Fakultas Kedokteran dilakukan di Kompleks Rumah sakit Rancabadak. Jumlah calon mahasiswa melebihi persediaan tempat, yaitu untuk Fakultas Hukum hanya ada 400 tempat, Fakultas Ekonomi 300, Fakultas Kedokteran 100 dan Keguruan Ilmu Pendidikan menurut rencana 400 orang. Staf pengajar dipilih oleh kementerian PP dan K, tenaga pengajar dari Universitas Indonesia dan ada rencana untuk merekrut pengajar dari luar nengeri.2
Setelah pembukaan baru diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang masuk angkatan pertama sebanyak 216 orang untuk Fakultas Hukum, 75 orang untuk Fakultas Ekonomi, 64 orang untuk Fakultas Kedokteran. Sementara untuk PTPG menerima 960 mahasiswa.3
[caption id="attachment_391031" align="aligncenter" width="300" caption="Salah satu kuliah umum perdana Fakultas Kedokteran Unpad oleh Dekan Fakultas Kedokteran Porf.Dr. Djuhana. (Repro Pikiran Rakjat oleh Irvan Sjafari)"]
Bisa dipastikan bahwa dengan diterimanya mahasiswa baru Unpad maka jumlah mahasiswa di Kota Bandung mencapai angka ribuan. Jumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam di Bandung saja pada 1957 mencapai 1200 orang. Belum termasuk mahasiswa baru 1957 berjumlah antara 100 hingga 150 orang. Jumlah itu masih harus ditambah jumlah mahasiswa Fakultas Teknik dan mahasiswa dari Perguruan Tinggi Pendidikan Guru ( yang kemuduan menjadi)  IKIP Bandung yang sudah berdiri pada 1954.4
Berdirinya Unpad sempat menimbulkan kehebohan ketika  kalangan Pemuda TRIP (tentara Republik Indonesia) Dewan Pimpinan Daerah Bandung mengungkapkan  bahwa uang kuliah di Universitas Padjadjaran berat sebesar Rp1.000 dan uang pangkal Rp100.  TRIP Bandung juga mengeluhkan uang Ikatan Dinas sebesar Rp298 yang diterima pelajar pejuang sebagai kelanjutan PP32/49 tidak mencukupi kebutuhan.5
Panitya Universitas Padjajaran membantah tudingan itu. Syarat untuk masuk tetap berlaku seperti masuk universitas. Uang kuliahnya hanya Rp240. Panitya Universitas Negeri Padjadjaran telah menerima uang otorisasi sebesar Rp20.000.000 guna biaya penyelenggaraan dan pembangunan gedung universitas. Rencana awal universitas itu didirikan dalam sebidang tanah yang luasnya 80 hektar di Jalan Diponegoro memanjang sampai Jalan Dago.6
Selain berdirinya Universitas Padjadjaran, pada 1957  Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Bandung membuka Jurusan Bahasa dan Sastra Sunda.  Namun pada saat bersamaan Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda menunjukkan pada panitya pendirian Universitas Padjadjaran untuk diadakan Jurusan Bahasa Sunda. 7  wacana Pendidikan Bahasa dan Sastra Sunda tampaknya juga berkaitan dengan semangat kedaerahan masa itu, sekalipun sebetulnya untuk menjaga memudarnya budaya dan kesenian Sunda yang mulai terancam budaya Barat yang masuk di kalangan muda.
Sebelumnya sebuah universitas swasta yang kini bernama Universitas Parahyangan, sudah berdiri dengan nama Akaddemi Perniagaan  oleh Keuskupan Bandung, sebagai hasil kerjasama antara uskup Bandung Mgr.P.M.Arntz,OSC. (alm) dengan uskup Bogor Mgr.Prof.Dr.N.J.C.Geise,OFM. (alm) pada 1955 . Kemudian  Akademi Perniagaan tersebut ditingkatkan menjadi Perguruan Tinggi Sosio-Ekonomi Parahyangan yang sekarang menjadi Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan. 8
Pada tahun ajaran 1957/1958 Peguruan Tinggi Socio Ekonomi Parahiangan (nama waktu itu) menerima mahasiswa baru. Syaratnya berijazah SMA Bagian A/B/C yang diakui pemerintah. Tempat pendaftaran juga mengambil tempat di Gedung Panti Budaya.  Pihak perguruan tinggi juga meminta surat kelakukan baik dari pamongpraja seperti camat.9
Berdirinya Universitas Padjadjaran  mempunyai dua arti sosial politik. Pertama mengabulkan salah satu tuntutan gerakan kedaerahan di Jawa Barat antara lain dipelopori  dari Front Pemuda Sunda. Bila digandeng dengan penunjukan Kosasih sebagai Panglima Siliwangi dan Perdana Menteri Djuanda agaknya berhasil meredam gerakan kederahan di Jawa Barat. Kedua, bila ditambah dengan berkembangnya Unpar dan Pendidikan Keguruan, kemudian kelak lepas Fakultas Teknik dan FIPA menjadi ITB dari Universitas Indonesia pada 1959 membuat mahasiswa menjadi suatu kekuatan sosial politik yang cukup penting Bandung, termasuk juga terlibat dalam beberapa pergolakan penting terutama pada 1960-an hingga 1970-an.Â
Irvan Sjafari
Catatan Kaki:
1. Pikiran Rakjat, 25 September 1957.  Rencana awal Unievrsitas Padjadjaran diresmikan pada 11 September 1957. Tidak terlalu jelas mengapa diundur. Dalam seeuah rapat pada Agustus 1957 dibentuk Dewan Harian terdiri adri R.Ipik gandamana (ketua), R.Djusar Kartasubrata (Wakil ketua), Mr. R Soebardi Wikantaatmadja (sekretaris) baca Pikiran Rakjat, 30 Agustus 1957.
2. Pikiran Rakjat, 2 Agustus 1957, Pikiran Rakjat 16 September 1957. Sebagai bandingan bagaimana terbentuk Unpad bisa dilihat dari situs http://www.unpad.ac.id/universitas/sejarah/ diakses 15 Januari 2015.
3. PIkiran Rakjat,25 September 1957
4. Pikiran Rakjat, 7 Agustus 1957. Pada 1954 jumlah mahasiswa Universitas Indonesia yang kuliah di Bandung  mencapai 2084 orang. Jumlaha mahasiswi (perempuan) 243 atau sepuluh persen jumlah mahasiswa. Fakultas Teknik disebutkan mempunyai 1374 mahasiswa laki-laki dan 37 perempuan. Itu ditambah lagi dengan 190 mahasiswa dari Peguruan Tinggi Pendidikan Guru 190 mahasiswa lihat tulisan saya sebelumnya http://sejarah.kompasiana.com/2012/11/08/bandung-1954-mahasiswa-menggugat-dansa-pelajar-menggugat-perkawinan-di-bawah-umur-501602.html.
5. Pikiran Rakjat, 3 September 1957
6. Pikiran Rakjat, 4 September 1957.
7. Pikiran Rakjat,29 Juli 1957.
8. http://www.unpar.ac.id/profil/sejarah/
9. Pikiran Rakjat, 6 Agustus 1957
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H