Kegaduhan di Cikini
Bandung, Dago Atas, Sabtu 30 November 1957
"Widy!" Suara Harlanda menggelegar mengetuk pintu kamarnya. Hari ini dia tidur sampai siang, semelam dia mengerjakan tugas mata kuliah Antropologi, mata kuliah kesayangannya. Daia baru saja menyelesaikan paper.
"Duuh, ada Kang Harland?" Widy membukakan pintu. Sebab baru kali ini sepupunya yang tentara itu mengetuk pintunya.
"Dia nanya kapan Suami kamu pulang?" tanya ibunya. "Ambu bilang tanya Widy, sebab ditelpon kamu bilang minta dibawakan oleh-oleh kain sari dari Pasar Baru sebelum pulang."
"Betul itu?" tanya Herland.
"Yeeh, Kinan juga pesan!" Bocah perempuan nyempil di antara mereka. Dia juga bangun kesiangan bukan belajar, tetapi mengganggu kakaknya belajar.
"Heuuy! Kamu memang apa yang dikasih ke kakakmu, kamu juga mau!" cibir Herland.
"Biarin, memangnya Teteh Widy saja geulis! Kinan juga ingin seperti Teteh Widy cantik, siapa tahu di sekolah ada yang naksir."
Herlanda tergelak. "Hari Kartinian masih jauh atuuh! Mau dipakai untuk apa baju sari?"