Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sharenting Berpotensi Langgar Privasi dan Citra Anak di Publik

27 Januari 2025   23:09 Diperbarui: 27 Januari 2025   23:09 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sharenting-Foto Ilustrasi: https://www.newyorker.com/culture/cultural-comment/instagram-facebook-and-the-perils-of-sharenting

Sharenting bukan hanya memberikan risiko memberikan informasi yang bisa dimanfaatkan orang yang salah, tetapi juga melanggar privasi anak, menimbulkan citra buruk di publik dan berpotensi buruk pada masa depan anak.

Ketika saya masih kecil kerap mendengar ibu saya   bersama kakak-kakak perempuannya (ibu saya paling bungsu) kalau berkumpul biasanya di rumah kakak kerap bertukar cerita tentang anak-anaknya, termasuk saya, entah kelakuan yang lucu atau waktu sekolah.

Ketika Ibu saya sudah nenek-nenek kerap mengantarkan cucunya di TK juga berkumpul bersama ibu-ibu juga oma-oma bertukar cerita, tentang anak atau cucunya bagimana mereka berlibur.

Nah, kata Psikolog Masalah Pengasuhan Anak Corrine Masur dalam sebuah artikelnya di Psychology Today hal itu manusiawi. Ketika tean atau keluarga saling bertukar cerita , anak-anak yang menjadi bahan pembicaraan sering ada di sana dan tertawa.

Anak tahu bahwa informasi mereka dibagikan. Kebanyakan dari senang dan tertawa, tandanya mereka menjadi perhatian. Sementara bagi orangtua adalah bentuk berekspresi, keakraban sebagai manusia mahluk sosial. Apalagi masyarakat Indonesia adalah masyarakat guyub.

Baca: Sharenting: Should You Share Photos and Information About Your Kids Online. 

Pada zaman digital ini  informasi tentang anak itu dibagikan para orangtua  di media sosial dan kerap atanpa sepengetahuan anak. Sepintas motivasinya sih hanya ingin orang lain tahu bahwa mereka punya anak yang lucu, dapat dukungan atau tanggapan adalah kesenangan sendiri.

Lain ceritanya, karena ada dua hal di sini. Pertama, informasi yang dibagikan tanpa setahu anak adalah melanggar privasi anak dan dalam budaya Amerika Serikat itu penting anak harus dimintai pendapat.

Kedua, memangnya audiensinya hanya teman teman dan keluarga bukankah ada orang asing yang punya agenda sendiri. Mereka sih tetap kasih tanggapan atau diam.

Masur mengutip pandangan salah seorang penulis Emori Lawa Journal Stacey Steinberg  yang mengingatkan anak punya hak privasi dan dia memperkenalkan sharenting.  Menurut Steinberg sharenting  niatnya harus menjadi bagian utama wacana pengasuhan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun