Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Barber Shop Tidak Akan Menggusur Pangkas Rambut Tradisional

27 Januari 2025   11:16 Diperbarui: 27 Januari 2025   13:30 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kios usaha pangkas rambut di Cinere dengan konsep tradisional dengan pelayanan apik-Foto: Irvan Sjafari

Sehebat apa pun pertumbuhan barber shop, berkolaborasi dengan bisnis lain  seperti Cofee Shop pun, tidak akan menggusur usaha pangkas rambut  tradisional.  Keduanya menurut sejarah sejak awal tumbuh bersama dengan segmen kalangan yang terpisah.

Saya pribadi baru mengenal Barber Shop modern ketika diajak almarhum ayah saya bercukur di Barber Shop Pax di kawasan Blok M era 1970-an.  Barber Shop  ini  hadir di Blok M pada 1965.  Namun pada saat bersamaan kalau mau cukur sendiri, cari tukang cukur tradisional yang punya kios di pasar ketika sudah remaja tidak masalah.

Di tempat tinggal saya kawasan Cinere dua-duanya ada.  Barber Shop modern harga jasanya Rp60 ribu. Sementara pangkas rambut tradisional  berada  di kios dengan harga jasa  Rp25 ribu untuk pangkas rambut dewasa dan Rp20 ribu untuk anak-anak, serta Rp10.000 untuk cukur janggut.

Jadi tukang cukur tradisional itu tidak selalu identik dengan di bawah pohon rindang.  Mereka sudah menyesuaikan diri menyewa tempat permanen. Saya pun antre kalau mau cukur baik di barber shop modern dan yang tradisional.  Kualitas potongan rambut juga nggak masalah.  

Perbedaan yang modern sesuai harga, ada jasa  mereka membilas rambut pelanggan dan menawarkan fasilitas ruangan ber-AC dan dipijat. Seingat saya ada enam kursi atau masing-masing dilayani enam tukang cukur.  Peralatannya lengkap dengan tempat cuci rambut.

Sementara  kios cukur tukang pangkas tradisional hanya ada kipas angin dengan tiga kursi, tetapi bersih dan pernah  memberikan tambahan servis pijat. Beda pelayanan tipis sekali. 

Mereka mengaku kalau ramai bisa melanyani dua puluh orang sehari kalau ramai dengan pembagian 45%-55% untuk boss. Lebih besar karena untuk biaya sewa kios.

Hanya saja memang kios tempat tukang cukur tradisional ini berganti pemilik. Awalnya  jasa cukur tradisional ini dilayani oleh kelompok yang menamakan dirinya dua saudara bertahan belasan tahun.

Tetapi kemudian pemilik tempat merenovasi kiosnya dan menaikan harga sewanya.  Lalu seorang pemilik modal mendirikan usaha baru dengan nama De Nathan dengan menggaet jasa  tukang pangkas rambut tradisional juga, tetap orang Garut. Konsepnya sama tradisional.

Jadi secara prinsip tukang cukur  tradisional tergusur bukan karena konsepnya, tetapi karena kondisi ekonomi yang memaksa usaha lama tidak bertahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun