Bandung, Â Peresmian Universitas Padjadjaran 24 September 1957
"Widy! Anjeun Fakultas Hukum juga," ujar seorang mahasisiwi "Masih ingat nggak? Mirna, Sekolah Dasar di Banjarsari, sudah lama Euy!"
Widy menoleh, seorang perempuan berbadan gempal  dengan rambut keriting dan kulit kehitaman. Dia mengingat-ingat. "Ini Mirna yang dulu kurus dan putih? Kita kan sebangku, lalu anjeun hilang begitu saja?"
"Iya, kita pisah pas naik-naikan ke kelas enam. Â Aku harus ikut orangtuaku tugas ke Ende. Makanya jadi hitam begini, tidak banyak gerak karena malas keluar tangsi kerjanya makan, makan dan makan. Tiga tahun di Kupang ayah ke Makassar di sana ada pemberontakan, jadi lebih malas keluar tangsi."
Widy berdiri bersama sejumlah para mahasiswa baru yang lulus menyaksikan peresmian Universitas Padjadjaran. Dia diapit oleh sejumlah mahasiswa di halaman Gubernuran.Â
"Itu Bung Karno mau pidato! Bagaimana kata orang daerah tentang Bung Karno Mirna?" Mereka bercakap-cakap pelan sambil tetap berbaris rapi.
"Di Ende, orang sana suka sama Bung Karno. Â Tapi kalau di Makassar banyak yang kecewa soal perekrutan tentara. Karena Ayahku dulu eks KNIL dicemburui."
Bung Karno memulai pidatonya: "Mahasiswa harus tahu ilmu pengetahuan itu merupakan hal yang revolusioner, makanya ilmu pengetahuan berjalan di depan zaman. Jadi apa yang hari ini benar, besok bisa berubah lagi dan itu ilmu pengetahuan!"
"Kang Syafri, suamiku suka kalau Bung Karno pidato mempersona," katanya. "Kalau aku lebih suka Hatta. Padahal suamiku orang Minang."
"Widy sudah punya suami? Diizinkan kuliah?"