Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pakar Grastomi dan Chef Masakan Tradisional Dukung Gerakan Locavore

8 Januari 2025   01:03 Diperbarui: 8 Januari 2025   11:56 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama beberapa kawan makan di sbeuah warung tradisional Sunda di kawasan Jatinangor pada 2023, Foto: Dokumentasi Pribadi Irvan Sjafari

Indonesia mempunyai kekayaan luar biasa atas makanan tradisional atau lokal. Seandainya saja bisa didata makanan tradisional dengan bahan-bahan lokalnya ini bisa dihimpun dari seluruh budaya di Indonesia, maka jumlahnya bisa puluhan ribu.

Untuk daerah Jawa Barat saja, pakar grastonomi dari Studi Manajemen Industri Katering Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dewi Turgarini pada 2018 berhasil menghimpun 303 menu masakan tradisional Sunda dan 128 restoran di Kota Bandung. Itu baru satu kota dan jumlah menunya kalau seluruh kawasan Priangan pasti lebih dari itu. Kalau seluruh Indonesia berapa restoran masakan tradisional berbagai budaya?

Dewi Turgarini  mengungkapkan gerakan pelestarian makanan tradisional dan lokal sebetulnya sudah dilakukan saat pemerintahan Soekarno, yaitu menerbitkan buku yang disebut Mustika Rasa, 1967. Buku ini berisi sekira 1.600 resep masakan dengan tebal lebih dari seribu seratus halaman.

Sumber: Mustika Rasa. kompas

Bahkan, menurut Dewi Turgarini Serat Centini pada 1814 juga sudah menulis soal aneka masakan lokal.

"Pada 2013, kami sudah membuat buku 30 ikon tradisional Indonesia sebagai upaya membangun platform pengembangan grastonomi," papar Dewi Turgarini ketika saya hubungi untuk tulisan di blog saya Jurnal Gemini, Kompasiana dan Cakrawala, 7 Januari 2025.

Lanjut Dewi, salah satu indikator bahan baku yang berkelanjutan di indonesia sebetulnya sudah dilakukan sejak nenek moyang orang Sunda yang sudah punya konsep ketahanan pangan.

 "Nenek saya sendiri punya kolam ikan, memelihara ayam dan kambing, sawah, kebun rempah, pohon buah, dan sayuran lainnya dan hal ini menjadi budaya keluarga bahkan hingga saat ini saya masih menanam herbal, sayuran, buah-buahan,"tuturnya.

Makanan lokal dipengaruhi akulturasi budaya asing seperti  Islam, Tionghoa, Belanda dan Jepang, bahkan sekarang korea adalah bagian yang tidak terelakan dari bagian proses budaya dalam suatu bangsa. Hanya saja, menurut Dewi walaupun kuliner itu merupakan akulturasi, tetapi memakai bahan baku lokal.

Jawa Barat juga sudah punya festival keukeun sejak  10 tahun juga sudah mengembangkan bahan baku lokal dan saat event sekaligus sudah melakukan gerakan  zero waste.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun