Rejas sendiri memihak pemerintah, padahal perkebunan milik ayahnya dirampas oleh pemerintahan militer. Absurd. Dia sendiri menjadi pengacara kalah ketika menangani kasus menghadapi lawan kliennya karena korupsi pemerintah. Satu-satunya yang bisa dilakukan Rejas menolak untuk disuap.
Rejas sendiri sebetulnya sudah punya istri dan bahagia dengan pernikahannya dengan memanjakan putrinya. Â Namun dia suka menghabiskan waktu yang lama jauh dari rumah. Â Sementara Sang Istri punya obsesi memperbaiki hidungnya.Â
Rejas berselingkuh dengan Yolanda. Â Jadi bagaimana moralitas dia sendiri? Ingin menyelidiki dalang gerakan teroris, tetapi dia berhubungan cinta dengan teroris juga?
"The Dancer Upstairs" memperlihatkan bagaimana tokoh Rejas sulit melakukan pekerjaan ketika orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab tidak peduli. Para elite poltik  tidak tahu bagaimana cara melayani rakyat  dengan benar. Mereka hanya peduli bagaimana mempertahankan  kekuasaan. Â
Rejas harus menyelidiki bagaimana mendapatkan pimpinan yang disebut teroris oleh pemerintah itu yang tidak terlihat. Pimpinan teroris yang hidup dengan legenda dan rumor, tetapi dicintai pengikutnya.
Menyaksikan film ini membuat saya bertanya apa yang membuat seseorang bisa begitu fanatik mendukung seorang pemimpin dan rela menyerahkan nyawanya demi perjuangan Sang Pemimpin. Â Bisa jadi karena dia berharap adanya perubahan yang lebih baik.
Ia ada di tiap detik
Ia adalah angin di tiap pepohonan
Demikian kata seorang petani pada Rojas mengenai pemimpin pemberontak yang kharismatis.
Kehadiran pemimpin adalah spirit bagi pengikutnya. Dia seperti penyihir yang sangat kuat. Pengikut seperti ini diwakili oleh Yolanda Sementara di sisi lain ada yang mengikuti pemimpin karena terpaksa. Â Bisa juga karena tujuan lain dan bila pemimpin itujatuh maka dia balik mencaci.
Seorang diktaktor mungkin bisa berkuasa lama dan menang terhadap penentangnya, tetapi dia tidak bisa membunuh pemikiran yang menyebar. Â Ide itu seperti bibit yang dibawa angin yang suatu hari jatuh ke tanah entah di mana dan ketika habitatnya tepat akan tumbuh lagi. Kemiskinan dan ketidakadilan sosial menjadi lahan subur untuk tumbuhnya idoelogi radikal.Â