Kelompok para pemuda dan pemudi ini berkeliaran dengan kaki telanjang berpakaian seenaknya dengan rambut panjang menggendong  tenda dan ransel. Kelompok ini berkelana dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lain. Kegiatan ini marak musim panas ketika mahasiswa sedang libur.
Mereka kerap duduk-duduk bergerombol di tempat terbuka seperti taman dan pantai. Â Gerombolan ini tidak menimbulkan ancaman, tetapi sewaktu-waktu menjadi militant membawa bendera Mao, Fidel Castro,Che Guevara hingga Herbert Marcuse. Mereka melakukan aksi unjuk rasa menentang pemerintahnya.
Prinsip yang mereka anut ialah anti perang, anti kapitalisme, anti individualisme, anti wajib militer. Â Mereka menyerukan semangat saling mencintai, perdamaian, hingga prinsip kemanusiaan. Mereka menukarkan lambang negara mereka dengan bunga. Â Mereka mengidolakan John Lennon dan Yoko Ono, Mia Farrow dan sebagainya. Gerakan ini tidak didorong oleh kekurangan uang.
Demikian gambaran, wartawan Pikiran Rakjat Ahmad Saelan menuliskan laporannya ketika berkunjung ke Jerman Barat pada 2 Oktober 1969 tentang apa yang disebut hippies.  Kelompok ini melakukan tindakan anti sosial seperti pergaulan bebas hingga pemakaian mariyuana, melakukan pemutusan hubungan dengan keluarga.
Saelan mempertanyakan mengapa gerakan ini muncul di negara-negara yang sudah mapan yang mampu memberikan kebutuhan dasar pada warganya. Â Dia melihat gerakan Hipies merupakan gerakan penuh kontradiksi.
 "Mengapa berteriak kemanusiaan tetapi melakukan hal yang bukan kemanusiaan seperti melakukan seks bebas dan memutuskan hubungan dengan keluarga mereka? Mereka mengatakan anti kekerasan tetapi mereka meneriakan revolusi untuk membentuk masyarakat sosialistis dan komunis, padahal revolusi merupakan jalan yang penuh pertengkaran dan peperangan?" Saya tidak bisa membayangkan seperti apa masa depan masyarakat Eropa?"  tulis Saelan.
Tulisan Ahmad Saelan yang tidak secara sengaja saya ditemukan dalam penulusuran sejarah Bandung di Pikiran Rakyat membuat saya ingin tahu terhadap gerakan ini dan mencari referensi lain sebagai catatan awal. Menurut saya gerakan hippies adalah bagian dari gerakan kiri baru dan anti kemapanan dan di Indonesia baru menunjukkan pengaruhnya pada dekade 1970-an. Tapi itu nanti saya pelajari.
Faktanya memang sejak awal 1960-an hingga awal 1970-an di Amerika Serikat, Kanada, serta Eropa Barat muncul gerakan anak muda yang mengusung apa yang disebut "counterculture" atau budaya tandingan.
Menurut Fred Frommer, editor Brittanica dalam tulisannya yang diupdate pada 24 Oktober 2024 gerakan ini memang menolak adat istiadat konvensional dan otoritas tradisional.  Yang menjadi masalah ialah mereka mengekspresikan aspirasi  dalam aktivitas gaya hidup seperti penggunaan narkoba dan seks bebas, namun ada yang positif seperti  menjadikan musik rakyat dan rock sebagai pilihan.Â
Psikolog Amerika Serikat  Timothy Leary pada 1967 di sebuah pertemuan yang dihaddiri tiga puluh ribu kaum hippies di Golen Gate Park di San Fransico  mencetuskan frasa apa yang disebut sebagai "turn on, turn in, drop out".