Para aktivis lingkungan menyatakan kekecewaanya terhadap hasil INC-5 yang masih dikooptasi oleh negara-negara produsen minyak dan produsen plastik.
Captain River Warrior Indonesia Aeshnina Azzahra Aqilani tidak bisa  menahan kekecewaaannya atas hasil pertemuan negosiasi untuk hukum yang mengikat untuk mengurangi polusi yang telah ditutup di Busan, 1 Desember 2024. Dara yang baru berusia 17 tahun ini juga mewakili Break from Plastic merasa bahwa konferensi yang telah berlangsung sejak 25 November itu tidak memberikan harapan bagi masa depan generasinya.
"Saya berdiri di hadapan Anda datang ke Busan  menyampaikan tidak banyak kemajuan yang jelas.  Padahal kami dan anak-anak Anda ingin hidup dan berkembang di dunia yang sehat,"  ucap Siswi SMA  Muhammadiyah X Gresik ini dengan lantang.
Nina, panggilannya menyatakan bahwa INC-5 memberi harapan bagi generasina untuk bebas dari polusi plastik. Bayi-bayi sejak dalam Rahim hingga lahir tidak akan lagi terancam mikroplastik yang berbahaya bagi kesehatan.
Sayangnya harapan itu sirna, pembicaraan di Busan telah dihambat oleh sejumlah suara yang menolak. Padahal keputusan yang mereka lakukan berakibat panjang bagi satu-satunya planet yang bisa didiami manusia.
Nina mengakui memang banyak negara tetap teguh  memperjuangkan kesepakatan yang ambisus dan untuk itu dia memberikan apresiasi.  Sayangnya banyak juga negara yang ambisius menolak kesepakatan hukum yangmengikat untuk mengurangi polusi plastik yang mengandung bahan kimia beracun.
Bukan hanya Nina yang kecewa, aktivis lingkungan dari negara lain juga mengatakan hal sama. The Guardian edisi 1 Desember 2024 menyampaikan kegalauan mereka atas kegagalan para negosiator.
Mereka menyesalkan kegagalan mencari perjanjian mengikat secara global membatasi produksi dan menghapus bahan kimia berbahaya  dari negara penghasil limbah plastik dengan bahan kimia yang berbahaya.Â
Seorang delegasi Rwanda, Juliet Kabera menuding sejumlah kecil negara tidak mau menyokong langkah nyata untuk melakukan perubahan. "Rwanda tidak dapat menerima perjanjian yang tidak bergigi," Â ucap Kabera sengit.
The Guardian mengungkapkan sebagian besar negara penghasil minyak termasuk Arab Saudi dan Rusia telah berupaya untuk memblokir pemotongan produksi dan tujuan ambisius lainnya.Â