Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Saron 'Sasha" Sakina, Aku Bangga Jadi Anak Bandung dan Bermusik

29 November 2024   14:42 Diperbarui: 29 November 2024   17:42 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saron Sakina (kiri) dan Ananda Badudu (kanan) dari Banda Neira-Foto: Dokumentasi  Banda Neira

Saya mengetahui namanya Saron Sakina atau karib dipanggil Sasha secara tak snegaja ketika sedang melakukan riset tentang perkembangan musik di Kota Bandung era 2010-an.

Pada waktu itu sekitar 2014-2015, saya yakin bahwa nama Yura Yunita, serta berapa musisi lain yang muncu di era itu  seperti Tiara Putri Effendy, Saron Sakina akan tetap eksis dan melesat pada masa mendatang walau mereka datang dari jalur indie baik secara perorangan maupun di grup.

Kuncinya adalah konsistensi, pandai memainkan alat musik dan yang paling mendukung dan kerap dilupakan adalah musisi yang tetap eksis dari kota Bandung menyelesaikan pendidikan formal di perguruan tinggi. Sasha juga menciptakan beberapa lagu dalam karirnya bermusik.

Saya  terpesona permainan biola  dari alumni Program Studi Musik, Universitas Pendidikan Indonesia,  sekaligus vokalnya yang renyah dan menghibur  ketika  dia berada di grup musik bernama Rice Cereal and Almond Choco, terutama ketika melantunkan lagu "Imaginarium" dan "Song of The Wind". 

Kesan saya lagu-lagu  dari grup dengan delapan personel dan instrumen musik beragam ini membawakan lagu-lagu bergenre folk, kadang terdengan swing, dengan cheerful, bawaannya ceria apa pun lagunya.  Di antaranya adalah lagu "Tea Bags" yang diciptakannya. Lagunya lagi-lagi ceria, memberikan perasaan bahagia dan nuansanya optimis dan menumbuhkan semangat hidup.

Baca: Littlelute, Rice Cereal and Almond Choco, Dua Band Indie yang Renyah di Telinga. 

Kesan cheerful dan bersahabat melalui suara dengan pendengarnya itu juga terasa ketika dia direkrut oleh Ananda Badudu di Banda Neira.   "Bermusik Membuat Aku Nyaman, Musik Ruang Nyaman untuk Aku," ujar Sasha ketika saya hubungi, 29 November 2024.

Tak mengherankan kalau Sasha sudah mulai mengenal musik sejak dia masih kanak-anak.  Dia tumbuh di habitat yang tepat Kota Bandung. "Aku bangga jadi Anak Bandung dan Bermusik," kata perempuan yang juga punya kegemaran bermain softball. Berikut petikan wawancaranya yang saya peruntukkan untuk Kompasiana dan sebagian untuk Cakrawala, media tempat saya bekerja.

Sebelumnya saya mengucapkan selamat bersama Banda Neira merilis single "Tak Apa Akui Lelah".   Nah, apa komentar Sasha sendiri bergabung dengan Banda Neira? 

Terima kasih. Saya tentunya senang karena diajak Nanda (Ananda Badudu) untuk  kembali bermusik setelah sekian lama. Aku memang punya keinginan untuk kembali dan terwujud kembali.

Apa komentar tentang single pertama ini?  Siapa menciptakan lagu ini? Ini lagu pesannya tentang kelelahan menghadapi masalah ya? 

Single ini ciptaannya Ananda dari awal 2024 atau akhir 2023. Dia mengajak aku sekitar  Mei atau Juni lalu. Ketika Nanda mengajak aku dia membuat karyanya setengah jadi. Lagu itu tentang kita, teman-teman, aku sendiri, siapa pun itu yang sedang mengejar mimpinya menjalani hidupnya atau menjalani apapun ke lebih baik.

Cuma kita terlalu memforsir diri. Jeda itu perlu agar kitab isa berjalan lebih jauh lagi.  Karena tanpa jeda kita berjalan lebih cepat. Padahal nggak apa-apa mengakui lelah. Semua orang tanpa sadar mungkin mengalami hal ini.  Mengejar sesuatu harus sungguh-sungguh, padahal beristirahat sejenak.

 

Saya tertarik pada penampilan Sasha ketika bergabung dengan Rice Cereal and Almond Chocho membawakan Imaginarium memainkan biola sambil bernyanyi?

Rice Cereal Almond Cocho mulai 2012 dan 2013 aktif dengan formasi lengkap. Namanya terlintas begitu saja. Namanya terlahir aku duduk di bangku SMA. Aku suka nulis suka nama Rice Cereal and cocho. Visi musiknya era  1960-an dan 1970-an, nuansanya cheerfull, lagu-lagunya tentang kehidupan sehari-hari. Aku menciptakan lagu tentang benda-benda mati, seperti kantung teh. Salah satu lagu tentang kantung teh (tea bags)  yang menenangkan hidup yang sehari-hari.

 

Lagu-lagu yang dibawakan tentang apa pesannya, khususnya Imaginarium? 

Lagu "Imaginarium" sebenarnya lagu anthem Rice Cereal  and Almond Choco kita ingin mengajak beryanyi bersama, ingin bersenandung, menyatukan harmoni bersama, menyatukan emosi bersama,  kita hadir untuk mau bernyanyi bersama. Liriknya tidak terlalu banyak pendek, kita pakai biasanya untuk lagu awal perform.

Rice Cereal and Almond  Choco. Sumber Foto: Koleksi Sakina Saron  
Rice Cereal and Almond  Choco. Sumber Foto: Koleksi Sakina Saron  

Kalau  lagu 'Song of The Wind' saya dengar lagu-lagunya juga ceria sekali? 

Lagu "Song of The Wind" menceritakan tentang kehidupan sehari-hari tentang kita bersedih sudah benar untk tersenyum atau tertawa. Tersenyum mengobati.

Kesan aku selama di Rice Cereal and Almond Cocho, happy karena aku bersama teman-teman di kampus, walau nggak semua teman-teman aku kampus dari UPI, ada juga ITENAS. Itu kan teman kuliah, kita kuliah sambil manggung, jadi seru. Di samping kuliha, kita bermusik. Walau aku kuliah di bidang pendidikan musik.  Lagu-lagunya ceria, hampir semua cheerfull. Lagu sedih dpun ibawakan dengan happy.

Sasha memulai karir sewaktu menjadi cilik dan itu membuat Iquana melekat ya? Bagaimana ceritanya menjadi penyanyi cilik pada waktu itu? Kalau nggak salah dirilis 1996, apa yang terbesit dalam diri seorang sasha mau menjadi penyanyi waktu kecil? 

Iguana melekat benar pada aku, karena Iguana itu single pertama aku waktu kecil, itu hits aku, itu wonder. Waktu itu ada dua album atau satu EP kalau nggak salah. Album pertama kompilasi, tiga lagu lagu aku dan dua lagu lagu orang, aku umur 5 atau 6 tahun.  Album kedua 1997 dan album ketiga 2000.  Mungkin  sekitar 20 lagu.

Aku anak kecil yang suka menyanyi. Aku difasilitasi ayahku musisi juga. Ada teman produser. Aku nggak terlalu sadar ingin menjadi penyanyi. 

Aku suka hewan iguana. Aku pelihara iguana lumayan banyak dulu. Waktu kecil sampai enam. Yang aku ingat nama Jono dan Nara. Yang aku suka ayah dan Mama. Ini hewan menarik. Aku melihatnya kayak punya  dinosaurus padahal versi mini.

 

Sasha juga bergabung dengan Dimasta N Friends  dan saya dengar lagunya jenis folk juga, apa juga kesan Sasha bergabung dengan Dimasta N Friend, Sasha juga ikut bernyanyi sambil main violin, seperti di Rice Cereal and Almon Chocho, misalnya lagu Meong.   Bisa cerita tentang lagu-lagu Dimasta, tentang apa?

Aku pernah bergabung dengan Dimasta  N Friend. Itu seru. Kalau Cereal and Almond Cocho teman kampus. Ini fase beelumnya. Aku kerja teman-teman radio. Kita bikin iseng saja, ngajak teman-teman kantor. Lalu jadi serius. Awalnya band Radio Ardan lalu kita menyebrang ke radio lain. Aku nyanyi sambil main violin. Lagu Dimasta itu ke arah apa  saja yang kita lihat sehari-hari.

Lagu "Meong", karena kita semua cat lover. Dimas itu suka kucing, kalau kucing punya perasaan, dia jatuh cinta pemiliknya. Kita punya lagu "Gedebage", kita ke Gedebage, ada abang-abang jualan, kami mengamati  abang-abbang nawarin baju-baju, satu toko ngacak jualannya, corak warnanya beragam, kita ngubek mencari baju.

Saron Sakina-Foto: Koleksi Pribadi.
Saron Sakina-Foto: Koleksi Pribadi.

 

Sekalipun perjalanan musiknya panjang dan tampaknya sibuk, tetapi pendidikan selesai juga yaitu di Universitas Pendidikan Indonesia dan pernah di Telkom menurut lInkedin, Nah menurut Sasha penting nggak sih pendidikan tinggi  formal bagi seorang musisi? Seperti apa pengaruhnya?

Pendidikan formal bagi seorang musisi penting bagi semuanya. Karena di samping kita pelajari apa yang kita tuju sesuai kejuruan. Pendidikan formal mengasah cara berpikir, intelektual kita. Sebenarnya aku lihat pendidikan mengasah cara berpikir kita. Apa pun jurusan.  Pendidikan penting menghadapi apa pun di kehidupan. Kalau kita punya latar belakang pendidikan, menghadapi persoalan, kita punya Plan A, Plan B, Plan C. Pendidikan formal melatih kita berpikir.

 

Bagaimana Sasha sendiri kan sudah punya background pendidikan seni musik melihat berkembangan musik di Kota Bandung, yang punya ratusan band indie sejak 1990-an hingga saat ini? 

Aku bangga jadi anak Bandung dan aku juga bermusik. Karena banyak  musisi terlahir di Bandung. Walaup banyak musisi  di kota lain juga melahirkan banyak musisi. Aku melihat perkembangan musik Bandung seru banget. Genre bermacam-macam, lihat peformnya banyak, banyak eksplorasi.

 

Apa target yang ingin dicapai Sasha ke depannya?

Harapan ke depan, aku terus bermusik dengan apa pun itu. Bermusik membuat aku nyaman. Ini ruang nyaman aku.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun