sampah plastik impor yang sengaja dibawanya dari tanah air.
Di sebuah sudut, salah satu aula Universitas Dongseo di Busan, Korea Selatan, seorang remaja Indonesia berdiri membawa dua koper berisiRemaja itu bernama Aeshnina Azzahra Aqilani, Siswi SMA Muhammadiyah 10 Kabupaten Gresik, Jawa Timur memperlihatkan kemarahannya terhadap berbagai pihak yang tega membuang sampah plastik ke Indonesia, termasuk ke daerah di mana dia tinggal.
Dua koper plastik itu dipamerkan dalam acara Youth and Stakholder Asembly (YSA) on plastic pollution, 24 November 2024 yang digelar di unibersitas tersebut oleh Children and Youth Major Group to the United Nations Environment Programme untuk menyuarakan keresahan anak muda seluruh dunia.
Kegiatan merupakan bagian dari panel perundingan perjanjian plastik global (INC-5) yang diselenggarakan di Busan, Korea Selatan pada 25 November hingga 1 Desember 2024. Â Perundingan ini diharapkan memberikan hasil kesepakatan pengurangan plastik secara global. Â Lebih dari 170 Â negara mengirimkan perwakilannya untuk membuat kesepakatan yang mengikat secara hukum.
Safe Food Advocacy Europe memperkirakan pada 2024 ini dunia memproduksi 220 juta ton sampah plastik. Bukan main berarti satu manusia di Bumi bertanggungjawab terhadap 28 kilogram sampah plastik.
Greenpeace Indonesia mengungkapkan data pencemaran plastik mengancam potensi ekonomi laut menembus PDB USD3 triliun pada 2030. Capaian ini sama dengan 5 persen dari PDB Global.
"Saya tak ingin Indonesia jadi tempat sampah. Saya ingin menunjukkan kepada anak muda dari berbabagi negara bahwa negara-negara Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Jepang membuang sampahnya ke negeri kami dan negara berkambang lainnya!" seru Aeshnina dalam keterangan tertulisnya kepada saya, 24 November 2024.
Koordinator River Warrior Indonesia menuturkan ketidakadilan sampah plastik yang dibuang dan didaur ulang mencemari sungai dan lingkungan berdampak pada anak-anak di negara berkembang.
Gadis kelahiran 17 Mei 2007 ini mengungkapkan  dirinya kerap menjumpai  timbunan sampah impor di Sidoarjo, Mojokerto dan Gresik. Sedangkan pabrik-pabrik daur ulang masih membuang limbah cair yang menimbulkan dampak perubahan warna dan bau yang menyengat.
Sehari  sebelumnya  Nina, sapaannya berada bersama sekira seribu lima ratus anak muda, kelompok adat dan pemulung di Busan melakukan pawai plastik di bawah komando gerakan global Break Free from Plastic.  Rombongan pengunjukrasa melakukan long march dari Busan Olympic Park  di Jalan Jangsan-Ro melintasi  Haeun-Daero di Kota Busan Korea Selatan
Mereka menekankan keinginannya untuk bebas dari sampah plastik, karena dampaknya pada masa mendatang mereka yang merasakan.