Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bandung 1969, Ketika Petasan Jadi Petaka di Ramadan

13 November 2024   18:40 Diperbarui: 13 November 2024   18:41 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada Ramadan tahun 1968 fenomena bermain petasan sudah menimbulkan korban jiwa di Jakarta maupun di Bandung. Muhamad Yunada Zahra dalam artikelnya bertajuk Muhamad Yuanda Zara "Suasana Mudik di Historia 30 April 2022, mengutip Mertjusuar edisi 26 Desember 1968 mengungkapkan korban petasan di Kota Bandung selama Ramadan  mencapai 30 orang.

Sebagian besar adalah anak-anak belasan tahun. Bahkan ada korban luka parah terkena petasan yang dilempar, padaha  dia bukan pemain.   

Pada 1968 lebaran jatuh tanggal 21 Desember.  Femonena ini marak karena pihak berwajib terlanjur memberi izin untuk meledakan petasan namun hanya sehari dan sesudah lebaran.  Sayangnya masyarakat menangkapnya sebagai pemberian izin bermain petasan.

Nah, pada Ramadan 1969 bemain  menjadi tradisi. Instruksi Pd Wali Kota Bandung tidak dihiraukan anggota masyarakat. Petasan masih saya dibunyikan di sekitar masjid dan rumah sakit. Pikiran Rakjat 26 November 1969 menyebutkan setiap hari satu setangah ton petasan diledakan.  Nilainya ratusan ribu rupiah.

Koran itu melaporkan sehari semalam petasan itu diledakan terus menerus bagaikan dalam pertempuran di wilayah alun-alun.  Ledakan petasan mengganggu mereka yang salat tarawih. Bahkan pasien di Rumah sakit Hasan Sadikin, Rumah Sakit Borromeus dan Rumah Sakit Immanuel terganggu tidurnya akibat letusan petasan terus-menerus.

Korban pun berjatuhan.  Sampai Minggu, 30 November 1969 Pikiran Rakjat edisi 1 Desember 1969 melaporkan korban meninggal meningkat menjadi 4 orang meninggal, 172 korban luka-luka. 

Keempat orang yang meninggal itu di bawah 15 tahun, bahkan ada yang berumur 7 tahun.  Namun laporan yang diterima resmi itu berbeda dengan fakta yang diungkapkan berita itu bahwa  jumlah korban yang luka yang dirawat rumah sakit.

Korban luka yang dirawat di Rumah Sakit Immanuel meningkat dari 50 orang menjadi 80 orang.  Sementara di Rumah Sakit Hasan Sadikin dari 85 orang menjadi 150 orang.  Belum yang dirawat di rumah sakit.  Boleh jari korban luka akibat petasan lebih 200 orang.

Di antaranya termasuk menjadi korban ledakan disebuah rumah di  RT05/RK 10 Bojongkoa, Sabtu 29 November 2024 pukul 22.00. Ledakan di rumah itu membuat tembok belakang runtuh  dan membuat delapan rumah lainnya rusak.  Suara ledakan sampai terdengar hingga satu kilometer.  Dua orang luka berat termasuk seorang anak berumur delapan tahun.  Ledakan terjadi karena salah seorang penghuni rumah ceroboh menyalakan puntung rokok hingga kena timbunan petasan.

Menjelang Hari Raya Idul Fitri akhirnya kesatuan gabungan polisi dan ABRI melakukan tindakan tegas. Kawasan alun-alun yang menjadi medan pertempuran dijaga dengan ketat. Penertiban juga dilakukan oleh RT dan RK yang membuat situasi menjelang perayaan lebaran mereda.  Tahun itu, lebaran jatuh pada 11 Desember 1969.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun