Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Moda Transportasi Sungai di Jakarta Jika Terwujud Asyik tetapi Bisa Nggak?

8 Oktober 2024   20:12 Diperbarui: 8 Oktober 2024   20:29 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam benak saya transportasi di sungai di Jakarta adalah sebuah utopia, walaupun pada era Kerajaan Padjadjaran seperti pernah diungkapkan sejarawan Saleh Danaasmita (1933-1986) Sungai Ciliwung bisa dilayari hingga ke wilayah Bogor.

Pangeran Wijayakrama, vasal dari Kesultanan Banten di Sunda kelapa pada awal abad 17 hingga pemerintahan  VOC juga pernah menggunakan sungai  sebagai transportasi  dengan menggunakan perahu setidaknya di bagian utara.   Kesultanan Banten  menggunakan Sungai Cibanten untuk menghubungkan pelabuhan dan ibu kota.

Tapi itu dulu, sungai masih lebar, airnya dalam dan jernih dan jangan bayangkan seperti sekarang Sungai Ciliwung sekarang yang di beberapa tempat penuh sampah. 

Saya sering melewati daerah Manggarai dengan Transjakarta  saya membayangkan indahnya bisa mengarungi sungai itu dari Kanal Barat tembus ke Timur dengan air yang jernih dan melewati jembatan yang tinggi hingga bisa dilewati perahu. 

Kemudian dengan menggunakan kapal kecil saya bersama penumpang lain melambaikan tangan kepada pemilik mobil yang sedang macet di sore hari atau pagi hari.  Karena kalau transportasi sungai hadir dengan kapal kecil tidak akan terkena macet. Tidak ada kasus di negeri mana pun kemacetan di sungai.

Indah sekali, kalau Transjakarta dan MRT di Dukuh Atas, bisa terintegrasi dengan moda transportasi di sungai dan LRT atau kereta komuter. Bisa-bisa jalan-jalan berganti moda menjadi rekreasi sendiri.  Apalagi Sungai Ciliwung bisa dilayari sampai ke Bogor dengan sungai yang bersih, alangkah indahnya.

Namun khayalan itu segera buyar melihat jembatan yang rendah, kolongnya pasti kotor hingga kapal sulit lewat, bagaimana debet airnya? Mungkin sungai harus dikeruk dan diperlebar hingga bisa dilalui. Tetapi bagaimana dengan pintu air Manggarai?  Boleh kan berfantasi Jakarta yang multi moda transportasi.

Saya ingin tahu bagaimana Ridwal Kamil sebagai Calon Gubernur Daerah Khusus Jakarta menghadirkan apa yang dia sebutkan sebagai riverway. Hal itu dikemukanya dalam Debat PIlkada di JIExpo Kemayoran, 6 Oktober 2024.

Boleh jadi dengan latar belakang pendidikan arsitek di ITB Bandung  dia sudah punya konsep dan rancangannya untuk menyulap 13 sungai Jakarta sebagai lalu lintas.

Setidaknya Ridwan Kamil punya bukti sebagai wali kota Bandung menghadirkan sejumlah taman tematik yang kini maish terpelihara, Setidaknya Teras Cikapundung adalah buktinya, daerah yang tadinya berantakan diintegrasikan pula dengan Babakan Siliwangi.

Direktur Ecoton (organisasi kajian ekologi dan lahan basah)  Daru Setyorini  yang pernah mengkaji  Sungai Ciliwung mengatakan gagasan sangat sulit diwujudkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun