Saat ini laju penurunan tanah di kawasan Bandung Raya mencapai  satu hingga 20 cm per tahun. Hingga saat ini level  air tanah di Bandung sudah ada yang mencapai 70 meter.
"Air tanah tidak bisa direcharge, maka jika eksploitasi tidak dihentikan maka Bandung akan menuai bencana krisis air bersih pada masa mendatang," Â ujar Heri Andreas, 7 September 2024 dalam sebuah webinar yang diselenggarakan Masyarakat Sains Jurnalis Indonesia.
Yang mengerikan kata Heri, seandainya saja Bandung berada di pesisir maka akan lebih dulu tenggelam dibandingkan Jakarta, Semarang , Pekalongan yang saat ini sedang berjuang menghadapi ancaman tenggelam.
Seperti dikutip dari Bandung Bergerak  sejumlah penelitian memperkirakan sumur-sumur air tanah di kawasan cekungan Bandung akan mengering sekitar 2050 bahkan bisa lebih cepat. Â
PDAM Tirtawening Kota Bandung mengakui  untuk melayani warga, bertumpu pada sejumlah mata air dari Bandung Utara. Penggunaan air tanah  diutamakan mensuplai kawasan  yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari Instalasi Induk PDAM.
PDAM Tirtawening memiliki tiga puluh dua unit sumur air tanah dalam.
Penelitian yang dilakukan Aditya Firdaus Nusantara dan Dewi Kania Sari dalam makalahnya (2022) mengungkapkan dataran cekungan Bandung terbentuk oleh endapan danau purba
Material lepasnya berukuran lempung, lanau, pasir dan kerikil, juga mengandung sisipan breksi. Komposisi ini sangat rentan terhadap getaran seismik dan penurunan muka tanah.
Seperti halnya Heri Andreas, kedua menuding ekstraksi air tanah yang berlebihan menjad menyebab penurunan muka air tanah.  Mereka menyebut sebagian besar industri yang ada di cekungan Bandung mengkonsumsi  air tanah sebagai bahan baku.
Hal senada juga disampaikan Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan (PATGTL) Badan Geologi Rita Susilawati seperti dikutip dari Kompas.com 6 Februari 2023 bahwa pengambilan air tanah yang eksploitatif  berimbas penurunan yang rawan terjadi di kawasan Cileunyi-Rancaekek, Kabupaten Bandung. Â
Di daerah Cileunyi penurunan muka air tanah dalam atau artesis sudah mencapai sekira 60 meter. Sementara di Rancaekek penurunan muka air tanah sekira 70 meter.