Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Penjaga Penyu dari Aroen Meubanja Ingin Kembalikan Kearifan Lokal

28 Agustus 2024   23:46 Diperbarui: 29 Agustus 2024   13:47 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penyu hijau | Foto: Koleksi Konservasi Penyu Aroen Meubanja

"Kami membuat konservasi berbasis masyarakat  dengan harapan mendapat respon dari beberapa pihak lain,"  Murniadi 'Dedi Penyu'.

Jumat 23 Agustus 2024 kembali membuat Murniadi berduka. Ketua Konservasi Penyu Aroen Meubanja yang berbasis di Desa Keude Panga, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh ini kembali kehilangan sahabat yang selalu ingin dilindunginya.

Pada hari itu seekor Penyu Hijau (chelonia mydas) ditemukan mati di wilayah Pantai Pasie Luah, Kecamatan Krueng Sabee. Pria yang akrab disapa Dedi Penyu itu menyampaikan Penyu Hijau mati karena jerat jaring nelayan. Dugaan itu didapatinya bak seorang ahli forensik mengamati bekas jerat di leher hewan itu.

Menurut Dedi ini penyu yang ketiga mati di Aceh Jaya selama 2024, dua penyu sebelumnya adalah jenis Penyu Lekang (Lepidichelys olivacea). Rata-rata penyebab kematiannya adalah jaring nelayan. Angka ini menyamai 2023 di mana empat ekor penyu mati.

Hampir setiap tahun Dedi karib dengan kematian penyu. Sebetulnya bukan karena nelayan menargetkan penyu, tetapi karena ikan yang menjadi sasaran itu satu areal dengan penyu maka "kecelakaan" itu bisa terjadi.

Di satu sisi nelayan juga harus menghidupi keluarga dari ikan. Namun di sisi lain harus dicarikan solusi bagaimana menangkap ikan tidak menggunakan jaring yang bisa menjerat penyu. Salah satu di antaranya menggunakan bubu.

"Kita harus memberikan pemahaman pada nelayan berapa pentingnya kehadiran penyu karena menyeimbang dan merawat terumbu karang," papar Dedi ketika saya hubungi  28 Agustus 2024.

Dedo meminta kawasan konservasi penyu sudah saatnya diperluas dan untuk nelayan diberikan kolam tambak yang ramah lingkungan. Aturan juga harus ditegakan dan aparatnya jangan hanya tinggal dia,

Dedi bercerita Konservasi Aroen Meubanja berdiri sejak  2012. Dia bersama sejumlah kawannya terlibat untuk mengembalikan kearifan lokal orang Aceh. 

Penyu hijau | Foto: Koleksi Konservasi Penyu Aroen Meubanja
Penyu hijau | Foto: Koleksi Konservasi Penyu Aroen Meubanja

"Dulu sebelum peristiwa tsunami, orang yang mengambil telur penyu akan meninggalkan sebagan untuk ditimbun, Mereka tahu soal telur penyu. Namun kini kearifan lokal itu diabaikan pencurian telur merebak," ungkap Dedi.

Lanjut dia, relawan Aroen Meubanja  harus bertahan dengan  10 orang personel. Mereka tidak pernah digaji atau diberi intensif lainnya sejak  2012 sampai dengan detik ini.

Tim Konservasi Aroen Meubanja melakukan berbagai kegiatan, seperti melakukan patroli rutin saat musim peneluran tiba, merelokasi telur temuan dan melepas liarkan kembali ke laut

Menurut pria kelahiran 1971 ini, tim juga melakukan pendampingan mahasiswa magang, penelitian dan mengajak mahasiswa mengamati musim penyu tiba. Mereka juga mendampingi wisatawan dalam luar negeri. Selain itu Dedi dan kawan-kawan mengadakan sosialisasi ke berbagai  sekolah dan kampus.

Muniardi 'Dedi Penyu' | Foto: rri.co.id
Muniardi 'Dedi Penyu' | Foto: rri.co.id

Konservsi berbasis masyarakat ini setidaknya bisa menekan sedikit angka perburuan telur. Sekalipun hanya tamat SMA, Dedi merasa bangga bisa tampil orang yang level pendidikan formalnya lebih baik. Dia berharap bisa mengembalikan kearifan lokal melalui orang terdidik ini.

Di laman instagramnnya Tim Aroen Meubanja pada Februari 2024 memperlihatkan kebersamaan dengan anak-anak TK Tut Wuri Handayani Panga melepas liar tukik jenis penyu belimbing sebanyak 27 ekor dan penyu lekang 83 ekor. Sosialisasi ini merupakan contoh bahwa kecintaan terhadap satwa harus dididik sejak dini.

Pelepasan tukik itu sebagai bentuk pelestarian dalam menjaga kepunahan binatang langka tersebut.

Cara lain ialah menjaga kebersihan pantai dengan mengumpulkan sampah. Pasalnya sampah juga mempunyai potensi melukai penyu. Pantai dan laut adalah rumah bagi penyu. Kalau keduanya bersih, maka ikut berkontribusi menyelamatkan spesies ini.

Dedi yakin bahwa manusia dan penyu bisa hidup berdampingan.

Irvan Sjafari

Sumber Pendukung:

rri.co.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun