Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Masakan Itu bagi Setiap Orang Punya Cerita Nostalgia

27 Agustus 2024   16:58 Diperbarui: 27 Agustus 2024   17:17 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendiri dan Ketua Omar Niode Foundation, suatu organisasi yang bergerak di bidang pertanian, pangan, kuliner dan budaya Nusantara Amanda Katilli Niode menyampaikanbahwa setiap individu mempunyai masakan favorit yang mempunyai kisah yang sifatnya nostalgia yang dia sebut sebagai comfort food.

Secara definitif dia menyebut comfort food sebagai makanan yang disiapkan secara tradisional, namun  jika dihidangkan akan mengingatkan dia dengan sensasi keakraban seperti di rumahnya waktu kecil.   

Demikian dikatakan Amanda Katilli Niode yang juga seorang  aktivis lingkungan ini dalam pengantarnya sebagai editor dari buku "Comfort Food Memoirs: Kisah Masakan yang Menenangkan Beserta Resepnya". 

Buku anyar yang berisi lebih dari enam puluh aneka cerita berikut resep masakan dari berbagai tokoh  itu dihadiakan kepada saya oleh seorang sahabat saya, seorang sejarawan dari Yogyakarta.

Membaca buku ini mengingatkan saya sendiri, yang  juga punya kisah nostalgia terhadap masakan sebagai orang yang hidup dalam dua kebudayaan besar, yaitu Minangkabau dan Sunda. 

Ketika berlibur di Bandung ke rumah kakak Ibu saya bersama keluarga waktu kecil kerap dihidangkan daging pangek (daging berlumur cabai). Kalau penggemar kuliner Minang menyebutnya sebagai gajebo, dengan kuah pedas yang kental.

Namun yang dihidangkan kepada saya bukan itu, tetapi daging yang direbus  tidak dipotong tetapi sekitar seperempat hingga setengah kilogram berlumuran cabai kental seperti dilumuti.

Kalau makannya diiris dengan pisau dan bila bertemu nasi panas, saya dan adik-adik makan dengan lahap.  Hidangan itu tahan untuk  berapa hari.

Yang membuatnya adalah Bibik (ART dari Kakak Ibu)  tetapi resepnya kakak ibu saya yang dipanggil Tachi, tidak pernah saya temui di restoran Minang mana pun karena memang tidak akan bisa dijual.

"Memang tidak bisa sembarangan, cabainya saja harus digiling dengan bumbu lainnya di Pasar Baru, Bandung, bisa setengah kilogram" tutur Ibu saya untuk bisa kental.

Untuk sayurnya adalah Sayur Asam dengan kacang tanah yang rasanya berbeda dengan sayur asam yang pernah saya coba di restoran Jawa dan Minang. Kalau itu hadir dua-duanya di rumah kakak ibu,  maka saya malas untuk makan di luar di Kota Bandung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun