Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

[Satu Dekade] KOMiK, Sebuah Testimoni

11 Agustus 2024   17:05 Diperbarui: 11 Agustus 2024   17:07 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama beberapa anggota KOMiK-Foto: Koleksi Irvan Sjafari

Pengetahuan film anggota KOMiK sama  rata hingga semua diskusi menjadi nyambung dan bisa saling mengkritisi pandangan reviewer.  Jadi bukan hanya kritis terhadap film. Rata-rata sudah menggunakan referensi dan penonton film tidak hanya Indonesia dan Hollywood.

Berapa film yang harus ditonton mereka yang mengaku penggemar sekaligus pemerhati film. Saya pernah tanya sama senior jurnalis yang sering mengulas film. Noorca M. Masardi kalau tidak salah menonton film dalam setahun lebih dari 50,  Pak Yan Wijaya  mengaku pernah sampai 100 film per tahun. Entah Leila. S. Chudori berapa.  

Sempat mengurut dada, ketinggalan banget, ya? Karena pada 1990-an saya hanya menonton film 3 kali sebulan atau 36 per tahun, film yang ditonton serius ya bukan sambil lalu. Baru sejak 2000-an target 50 film pernah terpenuhi. 

Saya memperkirakan anggota KOMiK menonton puluhan film setahun hingga bisa memperbuat perbandingan bagus, apalagi sekarang ada layanan streaming dan Youtube.    

Pada tahap berikutnya ialah menjadi bagian dari masyarakat film Indonesia. Leila S. Chudori sudah menjadi bagian masyarakat film Indonesia karena dia sudah ikut membuat "Dunia Tanpa Koma".  Jadi bukan lagi mengkritisi, tetapi dia sendiri juga harus siap dikritisi.

Nah, KOMiK  tampaknya sudah memasuki tahap ini. Dengan film pendek "Ngidam"  dan "Jagaditta" menjadi buktinya.  Makanya saya mengusulkan agar kegiatan KOMiK berikutnya ialah workshop membuat skenario film dengan artis, sutradara dan penulis skenario. 

Kalau perlu setiap karya peserta workshop dibahas apa skenario ini susah dicerna atau dibuat film, hingga bisa belajar terus. Kemudian workshop sinematografi, merancang membuat soundtrack film.

Nah, kalau sudah sampai di tahap ini anggota KOMiK yang sudah jadi masyarakat film Indonesia bukan saja sudah tercatat dalam sejarah perfilman Indonesia, tetapi juga siap untuk jadi bahasan.  

Saya kira setiap anggota KOMIk siap untuk membuat film jika dibekali berbagai macam skill yang saya sebut di atas.   Tentu saja butuh pendanaan. Selanjutnya, tinggal memilih saja mau filmnya hanya jadi sekadar minuman coca cola, melepas rasa dahaga  atau menjadi susu segar yang bermanfaat bagi tubuh (otak).

Selamat Ulang Tahun ke 10 KOMiK.

Irvan Sjafari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun