Secara sinematografi  pertempuran untuk mengeluarkan hantu yang menempel di tubuh Prinsa di rumahnya hingga di kampungnya begitu seru. Bagaimana suatu kru bisa tersesat ke dimensi lain itu benaran dimensi lain atau settingan? Benaran juga masuk akal karena mereka pakai kamera yang dibawa bisa juga ponsel pintar yang canggih bisa merekam dimensi yang lain itu.Â
"Jurnal Risa"  bagi saya memblended  film klasik "The Exorcist" (1973) dengan "Paranormal Activity" plus "Blair Witch Project", sempat membuat saya tidak nyaman sekilas melihat Whatsapp beberapa detik, lalu nonton lagi.
Pertanyaannya: Ini benaran memindahkan tayangan dokumenter ke layar lebar atau cerita rekaan? Ini kekuatan  dari  film "Jurnal Risa". Percaya atau tidak diserahkan kepada penonton. Ceritanya mau spoiler atau tidak, tidak penting, karena kekuatannya justru di gambar-gambar yang bertutur yang membuat penonton tidak bisa bernafas terutama di separuh cerita terakhir.  Itu yang seram pisan. Apalagi lokasi kejadian dirahasiakan. Â
Dari departemen kasting, mau benaran keserupan atau rekaan, penampilan Prinsa Mandagie luar biasa. Dia seperti total menakutkan.
"Jurnal Risa" merupakan gambaran bahwa tayangan podcast dan profesi Youtuber sudah menjadi keniscayaan masa kini ikut menggeser media mainstream. Â Prinsa digambarkan sebagai seorang Youtuber, yang rajin menyapa pemirsa: "Hy Guys!"Â
Sutradara Rizal Mantovani yang memang banyak membuat video klip merupakan kedua film ini selain Prinsa Mandagie. Tentunya juga Risa Saraswati sendiri.
Good Job bagi para pembuat film. Anda menawarkan film horor yang beda dengan yang tayang pada 2024 ini.
Irvan Sjafari   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H