Yogyakarta, 8 Agustus 2014
Hampir subuh di Yogya. Ketika keretaku tiba. Cerah ceria cuaca malam temaram. Â Terkejut aku tiba-tiba. Â Dua mata memandang dari balik jendela dan menunjuk aku, kemudian melambai. Â Tubuh lelah pun setelah sembilan jam lebih berada dalam kereta api jadi tersentak, terusir rasa kantuk.
Perempuan menunjuk aku untuk turun. Dia  tahu aku ada di gerbong Eksekutif 6 berangkat dari Gambir. Begitu aku turun dengan membawa tas ransel carrier yang cukup berat, dia ternyata tidak sendiri.Â
Usianya  sekitar 30 tahun atau 31 tahun.  Tubuh setinggi aku dengan rambut keriting tergerai. Dia bersama dua orang, seorang pemuda yang usianya 24 tahun dan perempuan 34 tahun.
"Irvan?" ujar perempuan berambut keriting itu. "Aku Ayu, masih sepupunya "R" dan ini kawan-kawan komunitas ku. Â Dia minta aku memastikan Mas baik-baik saja!"
"Surprise! Jadi kamu dapat foto aku agar bisa dikenali?"
"Yup! Bahkan kereta apa yang ditumpangi dan datang jam berapa pun sudah diketahui."
"Astaga?"
"Jangan ge-er Mas, "R" hanya ingin mendapat info sepak terjangmu di kota yang bersahaja ini," kata perempuan itu.
"Kok?" tanyaku memperhatikan.
"Tidak berhijab? "R" memang dari keluarga yang ketat dan taat  tetapi mereka tidak memaksa keluarga yang lain harus mengikuti tata cara mereka.  Tetapi kalau mau masuk jadi anggota keluarga batihnya, ya...siapa pun harus nurut."