Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pegiat Lingkungan Kota Batu Rilis Data Mata Air untuk Keberlangsungan

3 Juni 2024   11:57 Diperbarui: 3 Juni 2024   12:57 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim Pelesltari Lingkungan Hidup melakukan pendataan-Foto: Koleksi Sabers Pungli

Mad Belin mengingatkan status kota wisata pada Batu bakan berbenturan dengan konservasi mata air jika aturannya tidak jelas untuk penggunaan kepentingan wisata.  Untuk itu diperlukan regulasi  di sekitar titik mata air termasuk melakukan pembatasan pengguaannya hingga bisa terjaga keberlangsungannya.

"Batu adalah daerah alung gunung berbicara debit tergantung elevasi tanahnya, namun tanpa adanya aturan dan perilaku masyarakat stakeholder dalam memanfaatkan air dengan rakus ya bencana pada akhirnya," kata Mad Berlin menegaskan.

Dia bersyukur anak muda Kota Batu  menunjukkan kepeduliannya dengan melakukan gerakan penanaman pohon di sekitar area mata air dan gunung serta sungai cukup.  Hanya saja gerakan penyelamatan sumber dikota manapun belum secara masif.

Sementara itu  Koordinator kegiatan ini, Doddy Eko Wahyudi ringkasan data tersebut telah dikirimkan secara resmi pada pertengahan Mei 2024 lalu kepada instansi yang bertanggungjawab  pada keberlanjutan sumber air. Badan-badan itu adalah  Balai Besar Wilayah Sungai  Brantas, PU SDA Jatim, BPDAS, Perum Jasa Tirta I, Wali Kota Batu dan jajarannya seperti Dinas PUPR, DLH, BPSDA, BPBD dan seluruh Lurah/Kepala Desa se-Kota Batu.

Temuan para pegiat lingkungan ini seharusnya membangun kembali optimisme bahwa Batu bisa menjadi kota berkelanjutan.  Pada 5 September 2022 seperti dikutip dari Kompas,  Direktur Utama Perumdam Among Tirto atau PDAM Kota Batu Edi Sunaedi menyatakan kekhawatirannya jumlah mata air berkurang.  Dia hanya mendapatkan data bahwa jumlah mata air hanya sekitar seratus titik. 

Bukan saja  mata airnya yang berkurang tetapi juga debetnya.  Sumber Darmi dulu itu 19,7 liter per detik, kajian pada 2021 hanya antara 14-16 liter per detik. Mudah-mudahan para penjalankan kebijakan di Kota Batu mendatang sadar bahwa  air di masa mendatang merupakan sumber alam yang lebih berharga daripada minyak bumi.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun