Berdasarkan data pada 2022, Kota Sukabumi menghasilkan sampah 180 ton per hari. Â Padahal populasi kota itu hanya berkisar 318 ribu jiwa. Â Muharam Rizky Febriyan, 20 tahun, Â seorang warga kota itu melihat hal ini tidak bisa dibiarkan.Â
Rizky Febriyan memang sedang menggeluti isu SDGs atau tujuan pembangunan berkelanjutan  terutama menyangkut Climate Action (SDGs ke 13).  Menurut dia sampah akan menjadi masalah yang menghambat tujuan tersebut, kalau dibiarkan.
"Akhirnya saya mencoba mencari solusi yang  bisa saya lakukan tindakannya tidak terlalu besar.  Yang paling mendasarkan sebetulnya ialah menanamkan kesadaran terlebih dahulu pada siswa SMP-SMA, hal ini juga sejalan dengan tujuan SDGs ke 4, yaitu pendidikan berkualitas," ujar Rizky Febriyan ketika saya hubungi, 23 Mei 2024.
Mahasiswa  Institut Seni Budaya Indonesia  mengamati  sebetulnya  beberapa sekolah di Kota Sukabumi sudah ada solusi yang bersifat sementara, yaitu pengadaan bank sampah. Sementara sampah organik seperti tidak ada tindak lanjutnya.
Akhirnya Rizky memilih melakukan pengelolaan sampah organik di sekolah menjadi kompos. Menurut dia, Â anak-anak sekolah mampu melakukan membuat kompos. Â Tadinya dia berpikir untuk memanfaatkan maggot, namun dari nilai kelokalannya pengunaan maggot membutuhkan tempat yang lebih besar. Â Sementara secara efesisensi cukup rumit bagi anak-anak untuk melakukannya.
Kemudian dia  memilih pengelolaan sampah organik dengan cara composting diikuti dengan penanaman pohon.  Hal ini juga merupakan realisasi tujuan SDGs ke 15, yaitu,kehidupan di darat.
Rizky mencetuskan kegiatan ini mulai 2023 dan berkolaborasi dengan tiga sekolah, serta melibatkan 119 peserta, baik laki-laki dan perempuan. Ketiga sekolah itu adalah, SMAN 5, Â SMPN 8 Â keduanya di Kota Sukabumi dan SMAN 1 Sukaraja Kabupaten Sukabumi.
Bagi dia, melibatkan siswa tanpa membedakan gender merupakan realisasi SDGs ke 5. Â Tentunya Rizky melibatkan guru, wali murid agar mendukung kegiatan anak baik di sekolah, maupun di rumah mereka.
Sampah yang sudah diolah sejauh ini masih sebanyak tiga galon (bekas). Â Untuk gerakan ini sendiri Rizky bersama 19 orang lainnya per sekolah. Dia berharap 19 orang ini nantinya dapat melakukan aksi lainnya dengan cara dan treatment tersendiri, serta mencoba untuk meraih pemuda baru untuk tergerak melakukan kepeloporan mereka.
Untuk rencana selanjutnya, Rizky akan mencoba menambah  titik kolaborasi sekolah lainnya. Dia juga akan meningkatkan kegiatan mengelola sampah menjadi kompos .
"Target ke depannya ialah pengelolaan kompos itu sendiri, seperti dijual, dimanfaat kan oleh masyarakat kota, serta pemanfaatan oleh NGO yang memerlukan," pungkasnya.