Saya bersyukur lebaran ini bersahaja. Ibu memasak dan memesan makanan pas dengan kebutuhan. Setidaknya hidangan lebaran seperti  lontong dan ketupat, rendang, opor ayam, telur balado habis tandas tiada sisa. Hanya ada sampah sayuran.
Selain itu kue-kue lebaran, baik kue kering maupun kue basah habis tandas.
Yang jadi problem ialah masih ada sampah plastik untuk menampung sayuran terbuang tetapi dalam jumlah tidak terlalu banyak.
Hingga pada hari kelima lebaran, Minggu 14 April 2024, jumlah sampah hanya  sekira satu tong dibuang ke bak.Â
Jumlah itu menurun dibanding lebaran tahun lalu masih ditambah dua kantong plastik hitam karena ada ketupat dan lontong yang terbuang, karena Ibu salah hitung.Â
Yang saya sesalkan lainnya ialah botol berisi sirop yang masih tersisa di kulkas selama berapa tahun. Saya nggak pernah membeli sirop sekitar setahun ini. Untung botol kaca yang bisa digunakan untuk tempat air putih jika sirupnya harus dibuang.
Kalau saya sendiri sudah jarang minum sirup setelah menyadari bahaya diabetes karena sudah cukup dengan konsumsi kopi miks yang cukup banyak karena saya pecandunya.
Linda Herawati, sahabat saya yang tinggal di kawasan Duren Sawit rupanya juga melakukan hal yang sama. Setiap lebaran dia hanya  memasak sesuai dengan kebutuhan.
"Biasanya lebaran kedua untuk menu ketupat opor dan sayur mateng sudah habis. Sedangkan untuk menu rendang biasa tahan sampai seminggu, jadi sampah tidak terlalu banyak," ungkap Linda melalui Whatsapp, 13 April 2024.
Hanya saja seperti di kompleks saya, pembuangan sampah di kompleksnya  selama lebaran tong-tong  sampah penuh melebih tempat sampahnya.