Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Bagaimana Kalau Harimau Jawa Belum Punah Menurut Penelitian Baru?

3 April 2024   00:02 Diperbarui: 3 April 2024   00:03 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tim pemerhati lingkungan dan zoologi yang berafiliasi dengan beberapa lembaga di Indonesia memastikan bahwa spesies harimau yang sempat dianggap punah masih hidup di Pulau Jawa.

Para ilmuwan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama para pegiat konservasi menemukan jejak genetik harimau jawa dalam sehelai rambut yang ditemukan di dekat sebuah desa di Jawa Barat pada  2019.

Penelitian mereka kemudian dipublikasikan di Jurnal Oryx  yang diterbitkan oleh Cambridge University Press pada 21 Maret 2024 lalu. Para peneliti terdiri dari Wirdadeti, Yulianto, Kalih Raksasewu,  Bambang Adriyanto.

Dalam jurnal itu disebutkan pada 18 Agustus 2019, seorang warga setempat  dan aktivis konservasi Ripi Yanur Fajar  melaporkan melihat seekor harimau jawa di perkebunan masyarakat dekat desa Cipendeuy di hutan Sukabumi Selatan, Jawa Barat.

Hal ini dilaporkan kepada Kalih Raksasewu yang mengunjungi lokasi tersebut pada  27 Agustus 2019. Ia menemukan sehelai rambut, yang kemungkinan merupakan bulu harimau, di pagar tempat seekor hewan tampaknya melompat di antara jalan desa dan perkebunan.

Ia dan Bambang Adryanto, seorang pegawai Departemen Penelitian dan Pengembangan Kehutanan setempat) kemudian menemukan jejak kaki dan bekas cakar yang mungkin milik harimau, yang berpotensi menguatkan pengamatan tersebut.

Kelompok tersebut melakukan analisis DNA pada rambut yang ditemukan oleh seorang pelestari lingkungan di sebuah perkebunan di pulau tersebut.

Mereka mengujinya secara genetik dan membandingkan hasilnya dengan sampel dari spesimen harimau Jawa di museum yang dikumpulkan pada tahun 1930, yang menunjukkan bahwa keduanya sangat mirip.

Bulu harimau memiliki kemiripan dengan harimau Sumatera dan Bengal namun berbeda dari sub-spesies harimau lainnya, kata para peneliti.

Berdasarkan wawancara mendalam kami dengan Ripi yang melihat harimau tersebut, kami yakin bulu tersebut berasal dari harimau jawa, demikian bunyi abstrak penelitian tersebut.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Harimau Jawa pernah tumbuh subur di pulau tersebut. Harimau merupakan subspesies dari Harimau Sumatera yang lebih terkenal.

Namun seiring manusia merambah wilayah mereka dan hanya menyisakan sedikit lahan untuk harimau, jumlah mereka mulai berkurang.

Setelah para petani mulai menembaki mereka karena membunuh ternak, mereka menghilang sama sekali.

Pada 2008, spesies ini dinyatakan punah. Dalam upaya baru ini, tim peneliti telah menemukan bukti bahwa deklarasi tersebut mungkin terlalu dini.

Selama beberapa dekade terakhir, terdapat laporan dari kalangan non-ilmuwan bahwa harimau masih hidup di Jawa.

Namun  ada yang menyatakan bahwa ternak telah dibunuh oleh satu atau lebih dari mereka. Namun penampakan tersebut belum dapat dikonfirmasi.

Dengan temuan anyar ini bisa jadi harimau tersebut tidak punah ketika diperkirakan dan anggota spesiesnya telah hidup di pulau tersebut.  Namun masih ada perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.

 Seekor harimau mati ditembak di sebuah perkampungan di antara Bandung dan Garut, 1920. (Twitter @PotretLawas) Input sumber gambar/Solopost.
 Seekor harimau mati ditembak di sebuah perkampungan di antara Bandung dan Garut, 1920. (Twitter @PotretLawas) Input sumber gambar/Solopost.

Kepala konservasi di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Satyawan Pudyatmoko mengapresiasi penelitian ini.

Dia mengatakan  ada beberapa langkah termasuk memasang kamera jebakan.  Pihaknya juga mengundang ahli genetika untuk membantu pihak berwenang melakukan penelitian dan pengujian lebih lanjut, dan mengumpulkan data masyarakat.

"Kalau misalnya terbukti masih ada, dipastikan menjadi satwa yang dilindungi. Kewajiban semua pihak, termasuk masyarakat, untuk ikut melestarikan populasinya," ujar Satyawan.

"Apakah Harimau Jawa masih ada di alam liar perlu dikonfirmasi melalui studi genetik dan lapangan lebih lanjut."

Sementara Program Hutan dan Margasatwa WWF Indonesia Muhammad Ali Imron mengatakan kepada AFP dia menghargai upaya para peneliti tetapi mengatakan sampel rambut "sangat terbatas.  

Hal ini perlu dikonfirmasi dengan lebih banyak sampel dan metode pengujian genetik lainnya. Dia juga menyatakan keprihatinannya atas temuan yang dipublikasikan karena adanya "risiko" yang membuat para pemburu waspada.

Irvan Sjafari

Sumber:

Phys  1 

Phys 2  

Cambridge

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun