Dengan waktu yang cukup lama seorang backpacker  bisa mengenal lokasi itu lebih baik,  bisa berkomunikasi dengan orang lokal,  menjalin pertemanan,  mengenal budaya dan bahasa setempat.  "Itu kriteria jalan-jalan berkualitas menurut aku. Bukan soal nginap di hotel bintang lima  atau cuma nongkrong di kafe-kafe mahal,"  tambah Elok.
Sementara Alley dari Jejak Backpacker mengungkapkan hal senada.  Kecil kemungkinan  backpacker dari Indonesia melakukan perbuatan  yang tidak baik, seperti mabuk-mabukan di tempat wisata.
"Percaya deh sama saya backpacker dari indonesia masih dipandang baik oleh orang-orang," ujar Alley melalui WA, 16 Maret 2024.
Menurut Alley justru adanya backpacker baik di dalam maupun di luar negeri membantu usaha lokal membeli barang dan merchandise, terutama di tempat yang lokal benar. Backpacker belajar adat dan budaya lokal dengan baik,
Definisi Turis Berkualitas Harus  Diperluas
Founder & Chairman MarkPlus Tourism  Hermawan Kartajaya pernah  mengatakan, quality tourism memang dibutuhkan dalam sebuah pariwisata. Namun, ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan Kemenparekraf jika ingin mencapai pariwisata yang berkualitas, salah satunya ialah dengan memperluas definisi quality tourism.
"Pemerintah selalu menggadang-gadang untuk meningkatkan kualitas ketimbang kuantitas. Tapi, saya tidak setuju kalau kualitas itu hanya dilihat dari penerimaan devisa negara. Definisi seperti itu yang harus diperluas," ungkap Hermawan seperti dikutip dari venue Magazine daring.Â
Turisme berkualitas kata Hermawan, dapat dilihat dari kunjungan wisatawan domestik. Belum lagi ditambah dengan tren staycation yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh banyak masyarakat.Â
Yang dimaksud  staycation  liburan di sekitar area tempat tinggal, atau bisa dikatakan sebagai turis di kota sendiri.
Hermawan mempertanyakan mengapa pemerintah tidak melihat turisme domestik? Padahal mereka juga menjanjikan untuk pariwisata Indonesia.
Jonas Martini jurnalis di DW dalam sebuah laporannya pada 29 Agustus 2023 mengungkapkan pandangan guru besar ekonomi pariwisata  di Universitas Ludwig Maximilian di Munich, Jerman  Jrgen Schmude bahwa pariwisata kelas atas harus dibayar mahal.Â