Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Backpacker Itu Turis Berkualitas, Nusantara Maupun Mancanegara

16 Maret 2024   15:38 Diperbarui: 16 Maret 2024   22:58 488
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara saya menghabiskan untuk mencicipi kulineran yang khas di sana tentu saja gudeg Malioboro, namun ada yang tidak ada di Jakarta seperti Jejamuran di luar kota. 

Untuk transportasi seperti halnya di Bandung, saya memilih naik kendaraan umum.  Dari sopir bus saya tahu bahwa saya harus kembali ke Kota Yogyakarta sebelum jam sembilan malam dan itu saya lakukan. 

Interaksi dengan kendaraan umum memang agak berkurang dengan adanya ojek atau taksi daring, terutama pasca pandemi.  Tetapi  bukan alasan   mengurangi interaksi dan mengorek informasi terutama . 

Waktu berwisata di Malang dan Batu September 2023 strategi ini tetap saya pakai.  Hemat budget di penginapan dan kuliner yang sedapat mungkin makan kuliner rakyat, seperti sego empog, rujak cingur, tahu campur.   Dengan budget yang terbatas saya pakai untuk mengunjungi Jatim Park III, Kota Batu hingga ke Panderman.   Saya bahkan masih menyempatkan diri berinteraksi dengan warga setempat.

Backpacker  Justru Menghargai Kearifan Lokal

Kembali  ke pertanyaannya apakah Backpacker seperti kami tidak termasuk turis berkualitas?  Setahu saya, para backpacker itu setidaknya yang bertemu saya, lebih tahu sopan santun, menghargai kearifan lokal, mau belajar soal sosial dan budaya dan ramah lingkungan.   Mereka pakai tumbler ke mana-mana. Mereka tidak membuang sampah sembarangan.

Saya tidak pernah kehilangan barang di loker bahkan hape, hingga celana dengan dompet  ditinggal di tempat tidur juga tidak pernah hilang kalau menginap di hotel khusus backpacker.  Ada backpacker bawa laptop ditinggal saja di kamar yang dihuni ramai-ramai dan tidak ada tangan jahil.   Kamar asrama di mana turisnya campuran berbagai bangsa.  Mereka menghormati privasi. 

Saya juga dapat info komunitas backpacker punya jaringan dan mereka bisa menginap di rumah sesama backpacker berbeda bangsa.  Jadi misalnya backpacker asal Belanda bisa menginap di kenalannya backpacker yang tinggal di Jakarta, nanti gantian ketika backpacker Jakarta ingin ke Amsterdam bisa menginap di sana.

Saya jadi mempertanyakan apakah yang dimaksud  turis berkualitas ditujukan kepada mereka hanya mereka yang berkantung tebal?

Menurut Elok  Dyah Messwati, Founder Backpacker Dunia, yang disebut backpacker itu  itu jalan-jalan irit biaya.  Jadi tidak nyambung dengan turisme berkualitas kalau kalau kualitasnya dinilai dengan uang yang royal.

"Kalau bagiku jalan-jalan  berkualitas itu bukan soal mahal atau keluar uang banyak,  tapi bagaimana kita menghabiskan  waktu dan uang di sebuah lokasi kota atau negara,  dengan waktu yang cukup lama," ujar Elok ketika saya hubungi lewat WA 15 Maret 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun