Namun katanya, perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai intervensi apa yang akan memberikan hasil lebih baik bagi orang tua dan bayi .
"Kehamilan adalah periode yang rentan terhadap perubahan iklim dan oleh karena itu setiap intervensi perawatan iklim adalah layanan kesehatan reproduksi," pungkasnya.
Memperkuat Penelitian Sebelumnya
Sementara badan perlindungan lingkungan di Amerika Serikat EPA juga memberi peringatan perubahan iklim  meningkatkan risiko kesehatan bagi ibu hamil dan bayinya. Â
Dampak itu di antaranya  berat badan bayi saat lahir rendah. Jika bayi itu  ditimbang maka beratnya kurang dari 3 kilogram (5,5 pon) saat lahir, mungkin ada yang bertahan lama
Selain itu perubahan iklim berimbas kelahiran prematur. Persalinan bisa  dimulai sebelum 37 minggu. Padahal kelahiran prematur, dan dapat menyebabkan terhadap masalah kesehatan.
 The Guardian edisi 16 Januari 2022 melaporkan  adanya enam penelitian terkait krisis iklim  dan dampak buruknya pada kesehatan janin, bayi, dan balita di seluruh dunia.Â
Para ilmuwan menemukan peningkatan suhu panas dikaitkan dengan penambahan berat badan yang cepat pada bayi, yang meningkatkan risiko obesitas di kemudian hari.
Suhu yang lebih tinggi juga dikaitkan dengan kelahiran prematur  berdampak pada kesehatan seumur hidup, dan peningkatan rawat inap pada anak-anak.
Sebuah penelitian di California menemukan bahwa paparan seorang ibu terhadap kebakaran hutan pada bulan sebelum pembuahan meningkatkan risiko dua kali lipat cacat lahir yang disebut gastroschisis, yaitu usus bayi dan terkadang organ lain menonjol keluar dari tubuh melalui lubang kecil di kulit.
Para ilmuwan mengamati dua juta kelahiran, 40% di antaranya adalah ibu yang tinggal dalam jarak 15 mil dari kebakaran hutan dan polusi udara yang diakibatkannya, yang diketahui berbahaya bagi wanita hamil dan janin mereka.