Tim peneliti dari Universitas British Columbia(UBC), Kanada menemukan adanya bahan kimia beracun yang berasal dari kandungan emisi minyak dan asap kebakaran hutan pada sampel otot dan hati paus paus pembunuh (orca) Southern Resident dan orca jenis Bigg.
Penelitian yang dirilis pada Scientific Reports Desember lalu menemukan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH) pada orca di lepas pantai British Columbia, serta transfer bahan kimia dalam rahim dari ibu ke janin.
Peneliti utama dari Unit Penelitian Polusi Laut UBC Juan Jose Alava mengatakan PAH adalah jenis bahan kimia yang ditemukan dalam batu bara, minyak, dan bensin yang menurut penelitian bersifat karsinogenik, mutagenik, dan memiliki efek toksik pada mamalia.
Keberadaan mereka di lautan berasal dari berbagai sumber, antara lain tumpahan minyak, pembakaran batu bara, dan partikel asap kebakaran hutan.
Para peneliti menganalisis sampel otot dan hati dari enam paus pembunuh Bigg, atau paus pembunuh sementara, dan enam paus pembunuh southern Resident yang terdampar di timur laut Samudra Pasifik antara 2006 dan 2018.
Mereka menguji 76 PAH dan menemukan beberapa di semua sampel, dengan separuhnya PAH muncul di setidaknya 50 persen sampel.
Salah satu senyawa, turunan PAH yang disebut C3-phenanthrenes/anthracenes, menyumbang 33 persen dari total kontaminasi di seluruh sampel.
Bentuk PAH ini, yang dikenal sebagai PAH teralkilasi, diketahui lebih persisten, beracun, dan lebih banyak terakumulasi dalam tubuh organisme atau hewan dibandingkan PAH induk.
Belum ada yang mempelajari PAH pada paus pembunuh di British Columbia sebelum.
Para peneliti mencatat tingkat rata-rata kontaminasi dalam penelitian mereka lebih rendah dibandingkan penelitian sebelumnya terhadap cetacea di Teluk California.