Temuan itu hampir dua kali lebih tinggi daripada yang ditemukan dalam sampel darah paus pembunuh yang ditangkap dari perairan Islandia.
Kontaminan di paus pembunuh tersebut sebagian besar berasal dari emisi manusia
Kontaminan pada paus pembunuh Bigg sebagian besar dihasilkan oleh pembakaran batu bara dan tumbuh-tumbuhan, serta kebakaran hutan. Dalam tubuh paus Southtern Resident, bahan bakar tersebut dihasilkan oleh tumpahan minyak dan pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin.
Para peneliti mengatakan hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan habitat hewan.
Paus pembunuh Bigg tersebar dari California hingga Alaska tenggara dan hingga Samudra Pasifik Utara, sementara SRKW tinggal di lingkungan perkotaan yang lebih tercemar di sekitar Laut Salish.
Preferensi makan, perilaku dan metabolisme juga dapat mempengaruhi jumlah kontaminan yang terakumulasi pada hewan.
"Pesisir British Columbia mengalami pembangunan pipa minyak, lalu lintas kapal tanker minyak, limbah industri, kebakaran hutan, limpasan air hujan, dan air limbah," kata Kiah Lee, penulis lainnya yang melakukan penelitian tersebut sebagai mahasiswa sarjana di Institut Kelautan dan Perikanan UBC.
"Aktivitas ini memasukkan PAH beracun ke dalam jaring makanan laut dan, seperti yang kita lihat di sini, PAH dapat ditemukan pada orca, predator puncak," ujar Kiah Lee.
Penelitian ini menyampaikan bahwa  manusia perlu mengurangi dan pada akhirnya menghilangkan konsumsi bahan bakar fosil untuk membantu memerangi perubahan iklim dan melestarikan keanekaragaman hayati laut.
"Hal ini juga akan meningkatkan ketahanan dan kesehatan ekosistem laut, sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat yang bergantung pada ekosistem seperti masyarakat pesisir dan generasi mendatang," pungkas Juan Jose Alava seperi dikutip dari News UBC.
Irvan Sjafari