Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Dua Pendatang Misterius Bagian Tujuh

10 Desember 2023   22:47 Diperbarui: 10 Desember 2023   22:51 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

TUJUH

Diskusi Eksodus dan Kiamat di Gedebage Bandung Technopolis

Anjing itu diletakan di atas dipan di tempat klinik dokter hewan di kawasan Hegarmanah, tidak jauh dari Ciumbuleuit. 

Adinda memperhatikan dari jarak  dua meter, dia meminta tantenya Emma Shafira untuk berdiri sejajar dengannya. 

Bu Mia melihat murid kesayangan begitu waspada, memberikan dia firasat buruk juga mengikuti mereka. 

Hanya dokter hewan Felecia Wong dan asistennya  Husin Tegar  mencoba merawat anjing itu dengan lembut.  Mulut anjing itu sudah diikat agar dia tidak melolong, begitu juga badannya diikat ke dipan.

"Saya belum pernah melihat bisul-bisul seperti, Anthrax juga bukan, ini bukan gigitan serangga biasa seperti kata Anda," ujar Felicia kepada Dicky Munandar, ahli serangga ITB.

Baca: Dua Pendatang Misterius Bagian Enam   

Dia memersihkan bisul yang nanahnya sudah mengering.  

Bisul itu kemudian bersih, meninggalkan bopeng-bopeng yang diameter lebih besar dari penderita cacar.

Felicia menyuntikan obat anti rasa sakit pada anjing itu, setelah memberikan obat luka.

Dia sebetulnya merasa sudah cukup, tetapi matanya yang jeli melihat ada serangga kecil keluar dari bopeng karena terganggu oleh obat luka.

Dengan pinset dia mengambil serangga itu dan meletakannya ke dalam tabung kaca lalu menutupnya.

"Serangga apa ini?"

Dicky melihatnya. "Seperti gabungan semut dan kumbang ada sapitnya, kakinya bukan enam tetapi sepuluh. Spesies baru."

"Iya betul lima pasang, gerakan cepat dia sedang mengunyah daging yang diambil dari anjing itu"

"Mengerikan," ucap Felicia.

Tetapi anjing itu mengangkat kepalanya, minta ikatan mulutnya dilepas. Felicia mengabulkannya. Tampaknya anjing itu tidak lagi sakit. Begitu juga ikatan badannya

Anjing itu melompat dari dipan dan menyambar separuh hamburger milik Felicia yang ada di kursi dan langsung memakannya.

"Dia lapar!"

Husin bergerak cepat dan menuangkan makanan anjing yang tersedia di klinik itu di piring plastik.

Anjing menghabiskan makanannya dalam waktu tidak terlalu lama.

"Aneh, padahal siang tadi sudah dikasih makan?" kata Pak Jumhur, Satpam kampus yang memeliharanya.

"Apa mungkin ada sesuatu yang memaksanya makan seperti cacingan!" Dinda menyeletuk.

Dicky dan Felicia memilih untuk kemungkinan itu pasalnya mereka sudah melihat kejadian aneh.

Apalagi anjing itu menengok seolah minta makanannya ditambah. Husin pun menambah.  Dua porsi untuk anjing ukuran sedang.

"Bawa anjing itu ke laboratorium Anda Pak Dicky," pinta Felicia.

Anjing itu kembali dimasukan ke dalam kendang.

"Aduh Hiyang Ridara masih sama Ananda," keluh Adinda.

Emma mengajaknya pulang. "Bukan lagi urusan kita!"

                                                                                            ***

Lima hari Anton Maryanto dirawat di sebuah rumah sakit di Singapura. Setelah rumah sakit top di Indonesia pun tidak bisa mengobatinya selama empat hari. 

Bentol-bentolnya mulai mengering dan terkelupas tidak lagi bernanah, namun meninggalkan bopeng yang dalam mirip terkena cacar hanya lebih besar.  Ada lebih dari sepuluh kawah ditinggalkan. Namun tim medis tidak berani memperbolehkan pulang. 

Dokter kulit George Tan belum pernah menghadapi hal ini punya pandangan bahwa Anton belum sembuh. Dia merasakan bahwa ada yang bergerak di balik bopeng yang bening. Namun ia belum tahu apa.

Firasatnya benar.  Pada hari keenam  Anton merasa gatal yang sangat di punggungnya. Dua sahabatnya Robert Wijaya dan Chris Yunanto yang sudah sembuh menyaksikan dengan sedih, Anton harus tertelungkup.

Tiba-tiba ia merasa gatal tak tertahan, tim medis membuka baju pasien dan melihat cipik-cipik kecil keluar dari bekas bopeng itu. 

Dokter George segera mengambil berapa ekor cipik dan memasukannya ke dalam tabung dan membunuh yang lain. Bopeng-bopeng  itu dikorek lagi, berapa cipik dan telur dikeluarkan.

Barulah Anton merasa tidak gatal lagi dan hanya perih dan diberikan obat pereda nyeri. Setelah Anton tenang, para dokter dan perawat meninggalkannya.

"Gue akan bikin cacat itu anak geng motor itu! Enak banget kalau mati!" geram Anton. 

"Kita nggak bisa mengandalkan relasi politik dan hukum dalam kasus ini. Bisa perang terbuka dengan bekingan berandal itu. Untuk sementara anak-anak geng mtor itu itu kita abaikan. Sabar ya!" Chris menepuk pundak sahabatnya itu.

"Orang Bandung tahu kita mau culik anak perempuan itu. Kalau ini terbuka, maka keributan besar menanti."

"Tunggu Dimas Haris berkuasa?"

"Dimas Haris bilang tiarap dulu.  Dia sendiri punya tuduhan kasus perkosaan terhadap seorang wartawati. Kita memang lagi terdesak dan dipermalukan!"

"Oh, ya tadi Juan bilang bahwa ada cewek yang mirip dengan wartawati Sundari yang disingkirkan anak buahnya di kawasan Lembang. Mungkin sepupunya, karena setahunya adiknya hanya satu," tutur Robert.

"Yang suka usil urusan orang mengendus asal-usul cewek yang gue pake!" kata Christ.

"Wartawati dan temannya dinyatakan hilang.  Tetapi Fahmi bilang dia menyaksikan mereka dalam mobil yang remuk. Namun ketika dia pergi lima anak buahnya juga hilang.

"Perintah Bos Romeo?"

"Iyalah," jawab Christ.

Cewek yang luh pake sudah kita kirim ke Hongkong. Servisnya jadi makin yahuud!"

Ketiga sahabat itu tertawa.

                                                                                      ***

Ananda, Roby, Lila, Moses, Panji dan Ridha mengikuti Yuyi Namara dan perwira menengah itu memasuki sebuah tanah lapang dengan banyak rimbunan pohon.  Tetapi kemudian mereka di hamparan bangunan gedung yang cukup luas namun hanya tiga lantai hingga tidak tampak menonjol.

"Bandung Gedebage Technopolis!" kata Yuyi. "Sudah minta Hiyang mu menampakan diri!"

Hiyang Ridara pun menampakan diri.  Setelah melewati berapa ruangan mereka tiba di plaza megah.  Di situ ada beberapa hiyang lainnya dan puluhan petugas menyiapkan  beberapa pesawat yang bukan untuk Bumi.

"Inilah Guru Minda, hiyangmu pasti tahu. Kami diam-diam mengirim pionir ke Planet Titanium beberapa tahun lalu. Itu proyek seorang wali kota Bandung yang visioner dan merangkul sejumlah ahli dan dia juga pernah menjabat Gubernur Jawa Barat," terang Yuyi.

"Taufik Mulyana, disebut bakal menjadi pesaing Dhimas Harris jadi Presiden mendatang," kata Panji.

"Hiyang membantu kami sejak lama dan umat manusia, kami sudah mengirim empat pesawat dalam hanya berapa tahun berkat bantuan mereka. Bahkan ada yang dicuri, karena ada cowok mencari kekasihnya di Titanium. Tapi sudahlah!"   Baca: Saving Private  Putri   

"Eksodus? Kalian sudah tahu bakal terjadi sesuatu pada umat manusia di Bumi ini?" tanya Ananda.

"Kalian juga sudah tahu kan?  Cuma kami belum tahu apa? Itu yang ingin kami cari tahu dari kalian!" terdengar seorang laki-laki setengah baya.

"Profesor Danny Subarja," kata Yuyi memperkenalkan.

"Kiamat, tetapi bukan dalam arti religius, umat manusia masih ada cuma dalam keadaan tidak menyenangkan," kata Ananda. "Hiyang di koloni kami melarang  mengubah sejarah."

"Kok kalian mau menghadapi kiamat itu?" tanya Danny.

"Kami ingin melindungi keluarga ayah dan ibu saya dulu sedapat mungkin," kata Ananda.

"Nama pesawat itu Guru Minda.  Kami menyiapkan banyak pesawat dan mengambil yang terpilih," kata Danny.

"Ada lagi kelompok lain yang bersiap berangkat dari Banggai dan Gunung Panderman di Kota Batu, tetapi ke planet lain. Hiyang di negara lain sudah memberangkatkan sejumlah manusia," terang Yuyi.

"Diaspora, hiyang memang menghendaki lebih banyak koloni manusia untuk menghindari keributan di tempat baru," sela Ananda.

"Kalian tahu soal virus Razov? Apa kiamat karena itu?"

Baca: Koloni 

"Adik saya yang tahu, dia paham biologi," kata Ananda.

"Kamu nggak sendiri?"

"Namanya Adinda, kami kembar."

Danny mengajak mereka makan bersama.  Moses, Lila, Ridha hanya terdiam mendengar obrolan mereka.

"Saya duga kalian sudah mengetahui bahwa saat ini Tiongkok dan Taiwan memanas, Iran dan Israel sudah bersiap, Rusia juga mengancam Eropa," kata Kolonel itu.

Ananda tidak menjawab. Sementara Hiyang Ridara juga makan sesuatu yang berwarna hijau keunguan bersama sesama  hiyang tak jauh dari mereka.

"Makanan mereka ada di Bumi sejak lama, Cuma tempatnya kita nggak tahu!" kata Danny.

Kemudian Yuyi memperlihatkan rancangan gambar terkait Kota Koloni Manusia di Planet Titanium.

"Kok Mirip Bandung?"

"Iyaaalah perancangnya dari sana. Kota yang pertama lainnya tidak," kata Yuyi.

Baca Dayang Sumbi

"Kota kami juga Bandung cuma copypaste," kata Ananda.

Baca  Setelah tengah Malam Jahanam 

"Oh, ya kalau kalian keluar dari sini jangan cerita apa-apa soal pesawat ruang angkas. Bisa panik nanti masyarakat!" Pesan Kolonel.

Irvan Sjafari

Sumber Foto Di Sini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun