Emma mendengarkannya dengan  bingung. "Masa sih?"
"Iya, Hiyang menciptakan koloni kami copypaste Bandung, sama persisnya tetapi hanya sampai areal Tahura kalau ke utara, lainnya persis seperti Bandung ini dikelilingi hutan bambu," jelas Adinda.
"Hanya saja air sungai di sana bersih dan ada situ-situ untuk konservasi air termasuk di perbatasan selatan," timpal Ananda.
"Cuma karena hanya ada beberapa ribu manusia kalau nongkrong di punclut nggak ramai," sambung Adinda."Paling-paling belasan orang."
"Tetapi di sana aman kan!" tebak Emma. "Kalian sudah berurusan dengan geng motor, jadi tahu kan keamanan kota ini? Juga ayah dan ibu meninggal karena apa?"
"Jadi, kami nggak boleh pergi?" kata si kembar serempak.
 Ayah dan Ibu Emma memanggil Mang Kosasih, yang sebetulnya mau menginap karena keluarganya pergi.
Mang Kosasih adalah supir keluarga ini. Biasanya dia hanya mengantar ibunya mengajar di sebuah perguruan tinggi di Kota Bandung dengan mobil sendiri.
Emma menggunakan mobil lain.
"Iya sudah bawa mobil saya. Teteh tahu kalian bisa jaga diri, raksasa itu ikut kan?" kata Emma.
Keduanya mengangguk. Maksudnya Hiyang yang mengawal mereka.