Namaku Gadis Octolandia.  Aku lahir di kota Octoland, dua puluh lima tahun lalu, sebuah kota yang disebut iklannya sebagai hunian serba lengkap dan sempurna. Namun pengembangnya merusak hutan jati untuk membangun kota impian itu, sebetulnya tempat tinggal orang bunian.  Baca: Kota Terkutuk  Kota TerkutukÂ
Karena dianggap sudah keterlaluan, orang bunian ini mengutuk kota itu hingga penghuninya semua menjadi budak orang bunian sampai hari kiamat. Â Tapi versi resminya kota itu tenggelam dalam tanah karena gempa bumi. Keluargaku termasuk yang dikutuk. Juga teman-teman sekolahku.Â
Kecuali aku karena menghormati kearifan lokal, aku bebas pada waktu ulang tahunku ke tujuh, ketika bencana terjadi. Â Ratu kerajaan itu jadi sahabatku, aku bisa kembali kapan saja aku mau.
Namun aku juga hanya sekali kembali ke sana menengok orangtuaku, adikku dan berapa teman-temanku yang diperlakukan baik-baik. Â Hingga sekarang aku bisa terhubung secara batin dengan Ratu dan petingginya.
Kini setelah lulus dari ITB aku bersama Zam Aries, Antropolog mendirikan NGO Penjaga Bumi yang kerap berseteru dengan korporasi dan oligarki tambang yang kami tentang kalau mereka melakukan eksplorasi di hutan konservasi dan menganggu masyarakat adat. Â Â
Sejak bersahabat dengan orang bunian itu aku bersumpah akan ikut menjaga Bumi. Lawan kami bahkan ada yang teman satu jurusan Geologi yang bekerja di perusahan tambang milik oligarki.
Aku berapa kali dapat ancaman pembunuhan dari orang-orang korporasi yang punya back up kuat. Mereka tidak suka dengan aktivitas advokasi kami yang selalu mengganggu  pengembangan tambang mereka, terutama di Bumi Kalimantan. Â
Namun aku dan Zam beruntung bisa lolos ketika berada di hutan. Masyarakat adat setempat menyelamatkan kami dari para tukang pukul bayaran bersenjata api dan tajam. Â Kalau kami dapat akan dilaporkan mati karena kecelakaan. Â Mereka diduga pernah membunuh seorang wartawan media asing dan beberapa relawan. Â Mayat mereka tidak bisa ditemukan.
Aku dan Zam adalah anak-anak indigo. Kami bisa melihat bukan saja apa mereka sebut sebagai hantu tetapi juga orang bunian. Â Bahkan orang dari kerajaan bunian di Kalimantan itu tahu aku diangkat saudara dari penguasa kerajaan bunian lain di Jawa. Kalau aku ke sana selalu ada utusan kerajaan mereka yang menemui aku di hotel bahkan mengajak singgah di kampungnya.
Mereka yang memberi informasi kalau sebuah didirikan tambang di suatu tempat akan berdampak berat bagi lingkungan dan mencelakakan pekerjanya. Â Namun bagaimana menjelaskannya ke publik? Jadi kami mencari-cari celah, seperti pelanggaran Amdal, tanahnya tidak stabil dan sejauh ini bisa dipercaya pemerintah daerah.