Kini Kanada merasakan bagaimana dampak  keserakahan oligarki minyak tersebut. Mereka berkontribusi terhadap perubahan iklim. Hendaknya dijadikan pelajaran bagi negara lain bahwa ada harga yang harus dibayar untuk kelimpahan keuntungan yang sesaat.  Jangan sampai seperti pepatah: Siapa yang menabur angin akan menuai badai.
Sementara Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia Sekar Banjaran Aji mengatakan kebakaran hutan di Kanada memberikan pelajaran bagi  Indonesia untuk hati-hati dalam penyusunan kebijakan. "Jangan sampai membuka ruang "pembukaan hutan lagi" di area kritis atau area lindung yang selama ini menyangga ekosistem," katanya seperti dikutip dari Koridor.Â
Sekar  menyorot di Kanada saja ada pelanggaran  terkait soal area penyangga ekosistem. Di Quebec selatan, 83 proyek konservasi yang disetujui oleh masyarakat lokal melalui proses multi-stakeholder telah menunggu persetujuan pemerintah selama lebih dari satu dekade. Yang mengejutkan dan membuat marah banyak orang, semua proyek dikecualikan dari 17% kawasan lindung yang diumumkan pada 2020.
Kebakaran hutan di Kanada juga memberikan pelajaran bahwa negara maju seperti Kanada saja tidak mampu menghadapi kebakaran hutan dan dibantu negara lain untuk meredakannya, tetapi belum menuntaskan. Jadi memang tidak ada manusia yang mampu melawan alam, camkan itu!
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H