Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bukankah Kejadian di Transportasi Umum Menjadi Wajah Penggunanya?

31 Oktober 2023   20:19 Diperbarui: 2 November 2023   14:30 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana dalam MRT sekitar pukul 16.30, Kamis, 27 Maret 2019. (Foto: Irvan Sjafari)

Apa penyebab terjadinya perselisihan di transportasi umum? Apakah faktor "overcrowd" dan sulitnya alur mobilitas dalam sistem transportasi menyebabkan penumpang menjadi emosional? Demikian topik pilihan Kompasiana. Oke, deh saya ikutan memberikan pendapat.

Transportasi umum bagi saya adalah wajah peradaban bangsa atau setidaknya cerminan sosial masyarakat di suatu tempat pada kurun waktu tertentu. Semakin kompleks struktur sosial pengguna transportasi umum maka semakin rentan untuk terjadi perselisihan.

Itu sebabnya perselisihan yang paling banyak terjadi saat ini di kereta komuter KRL Jabodetabek bukan di MRT (Mass Rapid Transit). Memang perlu riset akurat siapa pengguna KRL, tetapi dipastikan dari pendidikan beragam dan tentunya dengan perilaku beragam pula.

Mereka yang naik pekerja kelas bawah pabrik, pedagang kaki lima, hingga naik kelas sedikit pekerja kantoran, yang tamatan di bawah SMA, mahasiswa, Pegawai Negeri Sipil, serta pekerja menengah yang tinggal di kawasan suburban Jakarta memang punya pendidikan lebih baik tetapi penghasilan tidak besar-besar benar.

Para penumpang yang naik itu juga ada yang menghadapi tekanan hidup yang berat dan itu bisa membuat emosional mereka mudah meledak dan senggolan di dalam kereta komuter hanya pemicu dari masalah sebenarnya. 

Tentunya terjadi di jam sibuk dan padat ketika kelompok rentan ini berangkat menyambung hidup dan pulang ke rumah.

Saya tidak pernah dengar perselisihan karena senggolan di MRT bahkan di bus transjakarta. Yang satu karena pengguna terseleksi dan umumnya dari kelompok sosial yang tidak terlalu beda dengan tarif yang cukup tinggi. 

Namun siapa sih yang naik dari Lebak Bulus ke HI? Pasti mereka yang berkantor di situ atau pengguna layanan perpustakaan nasional seperti saya, yang pasti mikir-mikir berkelahi karena senggolan.

Transjakarta pengawasan lebih ketat sejak antrian di halte hingga di dalam bus ada CCTV yang bisa dilihat supir. 

Kelas sosial penumpang lebih beragam, namun karena dominan dari orang yang terdidik bisa cepat merelai kalau ada tanda perselisihan tidak separah di kereta komuter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun