Sejumlah orang di berbagai negara mengubah sampah plastik jadi produk bricks (bata) dan conblock. Pertanyaan seberapa signifikan kontribusinya mengurangi sampah plastik?
Demi Bumi, Nzambi Matee, seorang perempuan muda di Nairobi, Kenya rela meninggalkan pekerjaannya di perusahaan minyak.
"Setelah mengambil sampah plastik itu, Anda bisa membuat jalan. Dan jika seorang anak bisa bersekolah dan tiba tepat waktu melalui jalan yang saya bangun, saya senang."
Tukang Insinyur Minyak itu paham  sampah plastik merupakan masalah global. Sampah plastik itu berserak dari puncak gunung, sungai,  pantai hingga lautan yang dalam. Â
Keberadaan sampah plastik itu berimbas pada ekosistem, satwa liar, dan bahkan kesehatan manusia. Yang lebih rumit ialah sampah plastik waktu hingga 500 tahun untuk terurai.
"Dengan menggunakan latar belakang ilmu material dan teknik, saya berpikir, bagaimana kita bisa menemukan cara untuk mengubah plastik ini menjadi bahan lain?" ucap  Nzambi kepada Euronews Â
Nzambi mendirikan Gjenge Makers, sebuah perusahaan yang mendaur ulang sampah plastik menjadi bahan bangunan alternatif. Â Dia meyakini bangunan adalah kebutuhan dasar manusia.
Gjenge Makers mendaur ulang antara 10 dan 25 metrik ton sampah plastik setiap minggunya. Perusahaan kemudian menggabungkan plastik daur ulang dengan pasir untuk membentuk campuran yang kemudian dicetak menjadi batu bata paving.
"Setelah mengambil sampah plastik itu, Anda bisa membuat jalan. Dan jika seorang anak bisa bersekolah dan tiba tepat waktu melalui jalan yang saya bangun, saya senang," kata Nzambi.
Nzami mengungkapkan perusahaannya dapat memproduksi sekitar 3.000 paver setiap hari, namun permintaan kami sekitar 10.000 per hari.