Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

September Tidak Ceria, Panas Ekstrem Global Tak Berujung

5 Oktober 2023   19:09 Diperbarui: 5 Oktober 2023   21:56 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa menobatkan 2023 sebagai tahun terpanas dalam sepanjang sejarah.  Suhu udara permukaan rata-rata global pada September tercatat 16,38 derajat Celcius.

Suhu rata-rata global pada September lalu lebih tinggi 0,93C di atas rata-rata suhu  September pada 1991-2020. Ini adalah margin terpanas di atas rata-rata selama sebulan dalam catatan 83 tahun yang disimpan oleh Copernicus Climate Change Service.

"Ini benar-benar menakjubkan,.Belum pernah melihat hal seperti itu di bulan mana pun dalam catatan kami," kata Direktur Copernicus Carlo Buontempo  kepada Euronews , New Scientist  dan Voanews.  

Meskipun Juli dan Agustus memiliki suhu yang lebih tinggi karena merupakan bulan-bulan yang lebih hangat dalam kalender. Namun September memiliki anomali terbesar, atau penyimpangan dari keadaan normal. Anomali suhu adalah data penting di dunia yang memanas.  Apa yang terjadi pada 2023 ini melampaui suhu rata-rata pra Industri sebesar 1,8 derajat Celcius.

"Suhu panas tersebar di seluruh dunia, namun hal ini terutama disebabkan oleh suhu panas yang terus-menerus dan tidak biasa di lautan dunia. Suhunya tidak mendingin pada bulan September seperti biasanya dan mencapai rekor panas sejak musim semi," kata Buontempo.

Belum Pernah  Terjadi Selama Ribuan Tahun

Sementara Presiden Evangelical Enviromental Network dan ahli  klimatologi Jessica Moerman menuturkan apa yang terjadi saat ini  berlatar belakang pemanasan global yang cepat dengan kecepatan yang belum pernah terjadi di bumi selama ribuan tahun.

"Hal ini masih ditambah dengan El Nino, sebuah siklus iklim alami yang merupakan pemanasan sementara di sebagian Samudera Pasifik yang mengubah cuaca di seluruh dunia," ungkap Moerman.

Suhu tinggi sepanjang September mendorong terjadinya cuaca ekstrem di seluruh dunia. Gelombang panas terbesar melanda Inggris, Amerika Serikat, dan Eropa. Musim kebakaran hutan dimulai lebih awal di Australia. Topan Daniel, yang dipicu oleh perairan Mediterania yang sangat hangat, menewaskan ribuan orang di Libya, dan dua topan mematikan melanda Tiongkok dalam satu minggu.

"Sekarang sulit membayangkan bahwa suhu global tidak akan memecahkan rekor tahun ini, dan mungkin jumlahnya tidak sedikit," kata Jennifer Francis dari Woodwell Climate Center di Massachusetts.

Sejauh ini suhu tahun ini 1,4C lebih hangat dibandingkan rata-rata pra-industri, jauh di atas tahun terpanas tahun 2016 dan satu langkah lebih dekat dengan dampak parah yang diperkirakan terjadi pada pemanasan jangka panjang sebesar 1,5C.

"Semuanya saling berhubungan. Pemanasan meningkatkan kemungkinan rusaknya rekor suhu, namun hal ini juga berarti lebih banyak penguapan uap air dari daratan dan lautan ke udara," ujar Francis.

Bukti paling nyata tahun terpanas adalah kebakaran hutan Kenada yang sudah berlangsung sejak Maret lalu, dengan intensitas yang meningkat mulai bulan Juni. Tidak tanggung-tanggung sebanyak 13 provinsi dan wilayah terkena dampaknya, dengan kebakaran besar di Alberta, British Columbia, Wilayah Barat Laut, Nova Scotia, Ontario, dan Quebec.  Yang paling anyar, asap kebakaran hutan dari negara bagian Quebec pada Selasa 3 Oktober 2023 mencapai Pantai Timur Florida.  

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun