Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kendi Air Terakhir

5 Oktober 2023   12:23 Diperbarui: 5 Oktober 2023   13:10 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya masih ingat sepuluh tahunan lalu bertemu Rindu, aktivis lingkungan pembela mata air di Bandung. Dia bilang pada masa mendatang air murni lebih berharga daripada emas dan minyak," ujar saya.

"Kita beruntung mendapatkan air ini dari sahabatmu di mata air murni yang tersisa di Bandung, sebelum tempat itu dirampas oleh orang-orang kaya dengan tukang pukulnya," ucap dia.

Otoritas yang adil di seluruh dunia sudah runtuh akibat perubahan iklim. Yang berkuasa adalah oligarki-oligarki yang bisa memerintah entah sampai kapan sebelum daya tahan masyarakat habis untuk membuat kehidupan menjadi lebih kejam.

"Sampai seberapa lama mata air tersisa itu berlangsung," sahut saya.

"Keluargamu yang di Bandung sudah kau berikan air?"

"Sudah. Separuh dari kendi yang saya dapat untuk mereka dan separuh lagi untuk Khalimah dan keluarganya. Anaknya Fardhan seminggu lalu WA saya bahwa pemukiman mereka krisis air," kata saya.

"Weleeh! Kamu mau menempuh ribuan kilometer untuk memberikan hal paling berharga di muka Bumi ini untuk dia dan anaknya. Kamu mencintai janda itu sekalipun dia tidak membalas cintamu? Apa yang kamu dapat?"

Saya tidak menjawab. Mungkin itu yang dinamakan cinta. Lalu mulai mengayuh sepeda perlahan diikuti oleh Joko Satrijo.  Kami melewati kawasan kebun apel yang daun-daunnya merangas seperti pepohonan di pinggir jalan.  Tak ada mobil yang berseliweran di jalan. Hanya mobil milik orang kaya masih lalu lalang entah sampai kapan.

Air sebetulnya masih berlimpah, tetapi sudah tercemar.  Sungai Brantas seperti sungai-sungai lain tercemar mikroplastik dan limbah, imbas dari perbuatan manusia di masa lalu. Ikan-ikan yang dimakan manusia mengandung mikroplastik yang sudah membawa penyakit kanker dalam ribuan kasus.

Sejumlah spesies serangga di antaranya lebah sudah punah, penyerbukan tanaman pun terganggu. Entah berapa serangga lainnya.  Yang tinggal tawon penyengat ganas yang sedang bertahan hidup. Juga semut-semut yang melahap apa saja yang mereka dapat dengan buas. 

Sering ada laporan piring berisi nasi dan lauk yang ditinggal sebentar sudah dikerubuti semut. Tikus-tikus juga semakin berani adu nyawa untuk merebut makanan manusia, begitu juga kucing. Sisa spesies yang masih ada mematuhi Survival of the Fittest dari Charles Darwin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun