Kehidupan Orangutan di dunia nyata lebih miris dibandingkan dalam Petualangan Sherina 2. Pemburu tidak sungkan membunuh induk demi ambil bayi
Petualangan Sherina 2Â mengambil latar cerita yang langka diambil sineas Indonesia, yaitu tema lingkungan hidup. Â Dalam film ini disinggung habitat orangutan akibat karhutla hingga perdagangan satwa langka illegal.Â
Dalam film tersebut  diungkapkan induk orang utan bernama Hilda harus berjuang di alam liar sambil menggendong Sayu, anaknya yang masih menyusu. Sadam menjelaskan kepada Sherina induk itu akan mengajari anaknya di alam liar nanti.
Namun para pemburu sudah mengincar induk dan anaknya yang dilepasliarkan. Â Induknya dibius dan anaknya diambil.
Pada kenyataannya kehidupan orangutan lebih miris daripada yang dalam film tersebut. https://www.kompasiana.com/jurnalgemini/65163db54addee0a3e386b52/isu-konservasi-dan-nostalgia-petualangan-sherina-2
LSM  konservasi global yang berbasis di AS People Resources and Conservation Foundation (PRFC)  dalam situsnya  https://prcfindonesia.org/mengenal-orangutan-kalimantan-pongo-pygmaeus/ mengakui sulit memperkirakan berapa jumlah  populasi orangutan. Pasalnya bukan hal mudah mengakses habitat mereka yang terpencil dan sulit diamati.
Studi lapangan, survei udara, dan metode lainnya digunakan untuk memperkirakan populasi, tetapi angka-angka tersebut masih dapat bervariasi.
PFRC memprediksi jumlah populasi orangutan Kalimantan  pada 2021 di alam liar berada dalam kisaran 45.000 hingga 65.000 individu.
Sementara situs Orangutan or.id   menyebutkan pada 2016 jumlah populasi orangutan kalimantan sekitar 57.350 individu. Bandingkan dengan estimasi populasi tahun 1973 sebanyak 288.500, yang berarti penurunan sebanyak 80% dalam waktu kurang dari 50 tahun.
Penurunan tajam populasi orangutan kalimantan ini utamanya disebabkan oleh kehilangan habitat hutan. Kebutuhan global yang terus meningkat juga berdampak pada industri agrikultur, pertambangan, dan perkayuan.