Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Isu Konservasi dan Nostalgia "Petualangan Sherina 2"

29 September 2023   10:00 Diperbarui: 2 Oktober 2023   17:58 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Petualangan Sherina 2 mengangkat isu soal konservasi orangtuan. Sumber: ARSIP MILES FILMS DAN BASE ENTERTAINMENT via KOMPAS.id

Petualangan Sherina 2 tidak hanya menyuguhkan nostalgia, tetapi juga isu konservasi perdagangan satwa langka orangutan yang aktual.

"Tahukah kamu melihat bintang itu berarti melihat masa lalu kita?" ucap Sherina Darmawan (Sherina Munaf) pada Sadam (Derby Romero) ketika mereka dikunci dalam gudang besar oleh kawanan pencuri orangutan.

Mereka berdua memandang bintang yang sinarnya benderang dari balik jendela  dan lagu Mengenang Bintang mereka nyanyikan.  Dialog dalam sebuah adegan Petualangan Sherina 2 ini membuat para penonton yang sudah menyaksikan Petualangan Sherina teringat akan adegan dua anak kecil terjebak di Boscha. 

Saya kira Sang Sutradara Riri Riza sengaja menyuguhkan adegan ini sebagai salah satu nostalgia.  Ceritanya pun nyaris sebangun tetapi tentunya sesuai dengan ketika Sherina dan Sadam menjadi dewasa.

Garis plot ceritanya pun nyaris sebangun. Bila pada film pertama Sherina dan Saddam berhadapan dengan kawanan penculik dengan dalang pengusaha properti yang ambisius di kawasan Lembang Bandung, maka kini lawan mereka adalah para pedagang orangutan dengan dalang konglomerat Syailendra (Chandra Satria). Sang konglomerat ingin memberikan kado istimewa buat istrinya Ratih (Isyana Saraswati).

Kalau dulu isu yang terselubung dalam film ini perebutan lahan di kawasan Bandung Utara- yang akhirnya terbukti lebih banyak membuat kerusakan lingkungan- maka pada sekuelnya konservasi orangutan. 

Isu yang lebih aktual dan punya pijakan kuat. Sekalipun realitasnya lebih kejam dari yang digambarkan di film, misalnya soalnya tergerusnya habitat orangutan akibat kepentingan ekonomi, seperti perkebunan sawit atau illegal loging. Kalau di KBU mungkin hanya pemain lokal, maka kalau di Kalimantan korporasi lebih besar bahkan dari negara lain,  

Para konservasionis sadar bahwa orangutan berjasa menjaga hutan Kalimantan yang notabene salah satu benteng terakhir paru-paru Bumi, selain hutan amazon. Deforestasi mendorong pemanasan global dan akhirnya perubahan iklim.  Ujungnya nanti akan berakibat bagi umat manusia di masa mendatang.

Konservasi dalam Film dan Realitas

Tentu tokoh favorit saya adalah Sadam, Proyek Manajer Oukal (Orang Utan Kalimantan), LSM lingkungan hidup dalam film itu yang menjaga keberlangsungan orangutan.  Kalau realitas yang pernah saya kontak sebagai wartawan di desk lingkungan di sebuah media online adalah COP (Centre of Orangutan Protection) dan masih ada lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun