"Bukan Gadis Kulit Cokelat dari Kota Jersey yang bisa menyelamatkan dunia," ujar Kamalia Khan kepada sahabatnya Bruno dalam sebuah adegan pada episode pertama Ms Marvel yang tayang di layanan streaming Disney Plus Hotstar.
Pernyataan gadis remaja 16 tahun itu bagi saya  begitu dahsyat, seolah  mengkritisi pakem superhero dalam sejarah komik dan juga perfilman di Hollywood.  Superman itu walaupun ceritanya dari Planet Krypton tapi dia ditampilkan sebagai manusia dari golongan kulit putih. Bruce Wayne sebagai  Batman jelas kulit putih bahkan  dari kelompok  WASP (White Anglo Saxon Protestan) yang kerap melekat dalam sejarah Amerika. Setidaknya hingga akhir abad 20.
Hanya saja belakangan ini Marvel Cinematic Universe (MCU) menampilkan Black Phanter yang berkulit hitam yang dikisahkan adalah raja dari negeri Wakanda. Â Yang paling anyar adalah Kamala Khan (Iman Vellani) yang dikisahkan mempunyai kekuatan super kosmik hingga membuatnya menjadi superhero yang kelak akan bergabung dalam kelompok avenger.
Kamala peranakan Pakistan, orangtuanya imigran bermukim di New Jersey, bukan saja mewakili Asia tetapi juga muslim. Itu tandanya MCU ingin menampilkan wajah Avenger yang inklusif, ramah pada semua golongan bukan saja hanya sekadar pengakuan pluralisme.
Sejak adegan awal di episode pertama Ms Marvel jelas menyorot problem rasialisme di New Jersey, misalnya Kamala dibully teman-teman, namun dibela oleh Bruno Carelli (Matt Linz), wakil orang Amerika yang inklusif. Kamala mewakili  imigran dari generasi native born yang kulturnya  cenderung hibrida antara tempat asalnya dengan tanah barunya.
Dia tetap salat, menjaga perilaku Islami seperti mengucapkan salam, baca bismillah sebelum makan, kalau harus makan di luar cari  tempat halal, hingga mempercayai adanya jin dan sebagainya yang digambarkan tidak menggurui dan wajar seperti percakapan sehari-hari.
Di sisi lain Kamala tetapi dia penggemar berat komik Marvel terutama tokoh favoritnya Kapten Marvel. Dia ingin seperti remaja-remaja Amerika lainnya datang ke acara muda, seperti pesta kostum Cosplay Marvel.  Kamala gemar menggambar sketsa komik di kelas dan kegemarannya itu menarik perhatian guru-gurunya.  Tapi di sana, sepertinya  guru-gurunya tidak cepat menghakimi dan cenderung mendengarkan murid lebih dulu.
Sementara kedua orangtuanya disapa Abbu (di Indonesia ada yang menyebut  abi)  dan Ammi (di Indonesia ada menyebutnya Umi)  masih berpikiran bahwa pesta itu penuh hal yang haram, seperti  miras dan berpakaian minim. Kalau pun boleh kostum yang digunakan harus diatur dan ayahnya harus menemani, yaitu konstum hulk yang dimodikasi digunakan ayah dan anak, Pertanyaannya apakah Kamala mau seperti itu?  Â
Kamala mungkin adalah feminis muslim, dia mengkritisi percaapan ibu dan seorang rekannya yang membicarakan Fatimah, seorang perempuan muda di komunitas Pakistan  yang menunda menikah karena ingin jalan-jalan dulu ke Eropa.
 "Biarkan saja dia jalan-jalan dulu!"  Kamala bebas mengeluarkan pendapatnya walau bagi sebagian masyarakat Asia, anak menyela pendapat orangtua masih tabu.