Mohon tunggu...
irvan sjafari
irvan sjafari Mohon Tunggu... Jurnalis - penjelajah

Saat ini bekerja di beberapa majalah dan pernah bekerja di sejumlah media sejak 1994. Berminat pada sejarah lokal, lingkungan hidup, film dan kebudayaan populer.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Petualangan Manuk Dadali: Prahara di Nusantara (Prolog)

2 Mei 2022   10:32 Diperbarui: 6 Mei 2022   22:11 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Irvan Sjafari

Prolog

Nenek moyangku adalah penjelajah angkasa.  Asal usulnya Bumi. Tapi karena akibat berbuat kerusakan fatal, umat manusia mengungsi dan tersebar di berbagai planet yang bisa didiami. Nenek moyang kami menyebutnya dengan istilah diaspora. Nenek Moyang aku sendiri   ada di planet yang disebut Titanium. 

Demikian cerita Uwak Ginanjar yang memelihara aku sejak umur sembilan tahun setelah kematian ayahku, Sang Guriang. Ibuku sudah meninggal dibunuh orang Atlantis ketika menyerang negeri kami: Parahiangan. Uwak cerita bahwa ayah dan ibuku terdampar di Bumi karena mencari keberadaan ayah mereka yang hilang di angkasa luas.  

Uwak Ginanjar datang bersama rombongan yang sebenarnya mencari kami, di antaranya Nini Mayang Kusuma dan Nini Ira Mutiara. Keduanya nenek aku.  Mereka terdampar seperti halnya orangtuaku di Bumi zaman Bandung masih jadi danau. 

Belakangan Aku tahu bahwa ayahku nyaris mengawini Dhayang Sumbi atau Nini Mayang Kusuma, ibunya sendiri karena usianya jadi tak beda jauh karena penjelajahan angkasa membuat waktu jadi relatif. Tetapi takdir tidak menjadikan hal itu terjadi, kedua Niniku kembali ke Titanium dan Uwak Ginanjar tinggal di Parahiangan mengasuhku.

Planet Titanium adalah planet penuh danau dan pulau-pulau besar dengan sabuk daratan gersang yang memisahkan kumpulan danau utara dan selatan. Planet yang banyak bukit dan gunung cantik, pas dengan pelopor utamanya: Orang-orang Priangan, orang Bandung, orang gunung yang cinta damai. Mereka berhasil menciptakan surga selama ratusan tahun, tanpa konflik dan perang. Nama koloninya Preanger.

Planet ini tidak punya air laut, tetapi 60% ditutupi air tawar yang layak minum, berupa puluhan danau besar dan kecil. Untuk mereka yang rindu laut, para pionir Titanium menciptaan laut buatan. Tentu tidak sempurna seperti laut di Bumi, tetapi akurasinya 90%.

Uwak Ginanjar mengajak aku pulang ke Titanium dengan kapal Guru Minda yang tertinggal. Tapi suatu kecelakaan menyebabkan kembali pulang ke Bumi, namun di masa yang lain. Sampai aku bertemu teman-teman dari Titanium yang lain,seperti Kang Bagus, Kang Robin, Kang Atep, juga ada  Teteh Purbaendah dari Pasirpanjang, Teteh Raya dari planet lain yang jadi koloni manusia. 

Mereka mengajaku berpetualang di antariksa. Uwak Ginanjar menolak ikut. Dia merasa aku sudah besar di atas 25 tahun.  Rasa ingin tahu aku begitu besar seperti umat manusia di planet lain, yang katanya lebih baik dari Bumi pasca Perang Besar , Armagedon dan diserang Alien pula. 

Aku, Kanaya adalah salah satu dari 13 awak Manuk Dadali. Misi kami mengabarkan umat manusia di planet lain, bahwa umat manusia di Bumi kini membutuhkan bantuan.

Manuk Dadali dijalankan dengan energi baterai matahari level tinggi yang sudah ratusan tahun mengalami regenerasi. Namun Raya juga menambahkan dengan energi lain yang didapatnya dari planet asalnya. Entah apa namanya. 

Energi ini bisa tahan puluhan tahun. Ke tempat asal Teteh Raya ini tujuan kami pertama: Kuantum XX. Selain memberi kabar, tentunya juga soal energi dan membantu teteh menyelesaikan suatu masalah yang menyangkut tunangannya. 

Planet Kuantum XX yang sebentar lagi kami singgahi planet yang hampir 90% adalah lautan dengan ratusan ribu pulau-pulau, dengan beberapa pulau yang paling besar seukuran seukuran pulau Kalimantan yang aku lihat di peta Bumi. Pulau-pulau itu tersebar di seluruh planet seperti bercak-bercak coklat-kuning-oranye-hijau di hamparan biru dari atas. 

Semua pulau layak ditinggali manusia, namun koloni manusia di situ sebagian besar tinggal di lima pulau besar dan puluhan kecil, yang dinamakan Koloni Nusantara. 

Hanya Teteh  Raya yang tahu seperti apa kehidupan di sana. Luar biasa keras, karena badai kerap terjadi di lautan walau tidak banyak menganggu daratan.

Para pionir bukan saja berhasil membuat  kota di tepi pantai dan sebagian di pedalaman pulau, tetapi bisa membuat kota terapung di tengah laut dan kota di dalam laut. Teteh Raya dan Beli Made dan Kang Bagus berdiskusi tentang predator manusia di planet masing-masing. 

Orang Titanium punya musuh utama mahluk buas bernama Bolo. Mahluk pemakan daging yang bisa menggelinding seperti bola raksasa dengan kecepatan tinggi dan hanya bisa dimatikan dengan senjata kami bahwa pelontar listrik high voltase hingga sinar api.

Menurut cerita Teteh Raya, koloni manusia di Quantum XX menghadapi mahluk alien, namun umumnya mahluk laut buas yang  yang mematikan, tetapi bisa dimatikan. 

Yang berbahaya  dan punya kecerdasan disebut sebagai sirens atau kaum peri. Dinamakan siren karena mirip mahluk dalam mitologi manusia di tengah Bumi, mahluk mirip perempuan dengan kepala burung yang pandai menyanyi membuat pelaut menabrakan kapalnya ke karang atau menenggelamkan diri ke laut.

Bedanya, Sirens di sini diduga mampu mengubah dirinya menjadi perempuan yang menggoda dan penyihir pelaut laki-laki, kemudian memperdayanya untuk dijadikan korbannya. Untuk apa? Tidak diketahui karena tidak ada yang bisa kembali kalau ditawan siren. Yang ada saksi mata yang beruntung bisa melarikan diri ketika jaraknya jauh.

Mungkikah ada alien membawa sirens dari planet ini ke Bumi? Karena cerita siren yang kubaca di perpustakaan digital sangat mirip dengan cerita Teteh Raya? 

Siren banyak bermukim di satu gugus pulau yang disebut jalur QQ. Jalur yang ditakuti manusia tetapi sekaligus menantang karena di sana banyak terdapat Ikan QQ yang dipercaya membuat regenerasi kulit dan organ tubuh manusia, bukan saja menghambat penuaan. 

Mereka yang mengkonsumsi ikan QQ dapat berumur di atas 100 tahun dengan tetap seperti usia 25 tahun. Bahkan ada yang berumur 200 tahun. 

 Di Planet Titanium lazim manusia yang usianya 100 tahun, tetapi tetap seperti orang tua, hanya saja masih sehat. Alami. Nah di Quantum XX, bukan saja berumur panjang, tetapi berwajah muda. Ikan QQ diperebutkan karena bisa digunakan manusia tua untuk menikahi pasangannya muda, karena pasangannya meninggal karena tua. 

Ikan QQ memberikan risiko membuat orang menjadi anak-anak karena otaknya regenerasi menghapuskan sejumlah ingatan, apabila dikonsumsi tidak tepat bahkan berhalusinasi karena memorinya menjadi kacau.

Itu sebabnya konsumsi ikan QQ diawasi oleh Dewan Nusantara. Apalagi muncul kriminalitas membuat ikan QQ diperdagangan secara gelap. Seperti halnya di Bumi dulu pelanggaran aturan terjadi. Walau belum taraf gangguan. Para penyelundup itu sulit ditangkap karena bisa bersembunyi di pulau-pulau yang jauh dari jangakauan militer Nusantara.

Teteh Raya bangga dengan planetnya, dia bilang nenek moyang dia adalah pelaut. Itu dibenarkan Uwak Ginanjar dulu nenek moyang para pejelajah angkasa adalah pelaut.

Pada 22 April 2445 Manuk Dadali mendarat di bandara Tanjung Jakarta, kota utama koloni manusia yang terletak di Pulau Pelopor. 

Dinamakan Pulau Pelopor karena itu pulau pertama didiami manusia di Kuantum XX dengan luas 180 ribu kilometer persegi, dengan bentuk nyaris seperti segi lima dan Tanjung Utama terletak di salah satu ujungnya, cukup terlindung karena ada pulau besar seperti huruf C yang seperti perisai yang membuatnya terlindung badai. Indah terlihat dari atas.

"Kak Kanaya, Anjeun mau turun atau tidak! Dari tadi menulis terus! Tinggalkanku dulu catatan Anjeun. Kalau tidak bawa saja tabletnya! Ditunggu Kak Raya, kita semua akan diperkenalkan dengan anggota Dewan!"

Ah, suara Teteh Yura, sahabat sekamarku di Manuk Dadali.

Irvan Sjafari

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun