Hanya ada beberapa serial film yang saya selalu saya nantikan di televisi, yaitu " X-Files" dan "Milenium" keduanya besutan Christ Carter untuk asingnya.Â
Dan hanya dua sinetron Indonesia yang saya sukai sepanjang sejarah pertelevisian yang "dibela-belain" untuk diikuti tanpa satu pun episode yang dilewatkan , yaitu "Si Doel Anak Sekolahan" dan satu lagi "Dunia Tanpa Koma" yang hanya 14 episode, tayang pada 9 September hingga 9 Desember 2006.
Saya suka "Dunia Tanpa Koma" (DTK) karena menurut saya menggambarkan kehidupan wartawan dan memberikan sejumlah pelajaran sebagai wartawan di lapangan dan bukan teori. Â Kekuatannya karena skenarionya ditulis oleh wartawan juga dan banyak menulis soal film, yaitu Leila S. Chudoiri (Tempo waktu itu).
Leila dan Leo Sutanto (produser Sinemart) tampaknya membuat format seperti serial televisi Amerika menggunakan sistem seasson, tebrukti jumlah epiosodenya hanya 14, saya Si Doel Anak Sekolah seasson pertama juga begitu dan lepas dari stripping yang kebanyakan menjengkelkan.
Pada episode pertama, Â Raya (Dian Sastrowardoyo) sebagai reporter baru Majalah Target (saya menduganya mengacu pada Majalah Tempo), Â ketika menjalankan tugas pertamanya menembus narasumber, mengingatkan saya pada tugas pertama sebagai reporter.Â
Hanya saja kalau tidak salah ingat, saya meminta komentar salah seorang petinggi Bank Indonesia terkait masalah Bapindo dan Eddy Tanzil (1994), maka Raya harus mengejar seorang model Mariana Renata (diperankan dirinya sendiri). Â Â
Raya digambarkan berhasil mendatangkan Mariana ke kantor untuk diwawancarai dan difoto. Â Tentu perlu trik untuk bisa membuat Mariana-yang digambarkan jenuh dengan pertanyaan dari wartawan infotainment.
Raya berada di bawah Bayu (Tora Sudiro) keala bironya, ada sneiornya  Markus (Indra Birowo), Seruni (Wulan Guritno), serta Asri (Syarmi Amanda).  Sementara di lapangan ada Bram (Fauzi Baadllah), wartawan Harian Kini, yang jago investigasi.  Bisa ditebak Raya dan Bram jadi seteru memburu berita, tetapi juga punya hubungan dekat.
Cara bertuturnya memikat mirip Serial X-Files  (yang juga saya gemari) dengan waktu dijabarkan detail, Senin pukul 13:05 di tempat pemotretan Mariana, Selasa pukul 12:22 di Warung Murah Meriah,  Selasa: 23:50 di rumah Raya.  Saya menangkap: begitulah dunia wartawan, seperti tanpa koma atau tidak ada waktu kerja.
DTK sejak episode pertama menghapus gambaran stereotype di kebanyakan sinetron (bahkan film layar lebar), wartawan menenteng kamera ketika ke lapangan. Setahu saya reporter itu dilengkapi kamera saku (pocket) tetapi disimpan di tasnya. Kalau perlu orang lain jangan sampai tahu ada wartawan, kecuali untuk konferensi pers.