Tak pernah berjuang/pecahkan teka-teki malam/Tak pernah berhenti berjuang/ Pecahkan teka-teki keadilan. Demikian penggalan lagu "Gie" karya Eross menjadi soundtrack dalam film "Gie" dari Miles yang dirilis pada 2005. Â Liriknya sangat dalam dan mengena di hati.
Dalam film yang diambil dari kisah nyata kehidupan aktivis mahasiswa  gerakan mahasiswa 1966 dan pendiri  Mapala UI Soe Hok Gie, ada tokoh yang menarik lagi Herman Onesimus Lantang.  Sosok ini digambarkan setia kawan dan kerap membela Gie dalam aktivitas politiknya.
Pada Senin 22 Maret dini hari alumni Antropologi (Waktu zamannya masih tergabung di Fakultas Sastra UI)  telah berpulang di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Selatan, Banten pada usia 81 tahun. Sebagai catatan  Gie meninggal di kawasan Semeru pada 16  Desember 1969 di pangkuan Herman Lantang.
Saya beruntung pernah mewawancarai Herman di kamp miliknya di kawasan Curug Nangka, Kaki Gunung Salak, Ciapus, Â Kabupaten Bogor pada 10 Mei 2016. Â Pada waktu itu masih menjadi jurnalis di sebuah majalah kesehatan.
Waktu saya ingin menulis mengapa ada orang berusia lanjut, tetapi masih tangguh mendaki gunung. Saya belum pernah bertemu sebelum saksi sejarah gerakan mahasiswa, seperti apa sosok sebenarnya. Â Berikut petikan tulisannya, yang masih saya simpan draftnya dan sebagian lagi dari catatan harian saya dan memori.Â
Tubuhnya lebih jangkung dibandingkan ketika dirinya diperankan oleh Lukman Sardi dalam film lGie (2005). Rambutnya sudah memutih di usianya yang waktu sekira 76 tahun. Â Dia selalu menggunakan dua tongkat untuk berjalan.
Dia bercerita beberapa tahun sebelumnya ia dan isterinya dua belas tahun lebih muda masIh mampu menjelajah Semeru. Sehari-hari ayah dari dua anak ini lebih suka Herman Lantang Camp.
Usahanya adalah disebut glamour camping, di mana keluarga bisa piknik bukan saja di tenda yang nyaman tetapi dengan fasilitas komplit seperti toilet. Dia sendiri tidur di rumah kayu dalam areal sekitar setengah hektar bersama isterinya.
"Tinggal di alam yang bebas polusi membuat saya lebih bugar dibanding di Jakarta. Namun resep saya untuk tetap bugar ialah tidak pernah merokok, tidak pernah menyentuh minuman beralkohol, tidak pernah main perempuan," ungkapnya.
Herman mengaku elalu menyempatkan diri untuk beribadah setiap minggu dan menampik setiap kegiatan yang mengganggu ibadah.
"Kebutuhan spirtual tetap seimbang dengan kebutuhan raga. Menaklukan hati dan nafsu itu juga penting. Jangan hanya mencari uang, tetapi melupakan ibadah," ujar dia.