Namaku Guru Minda, aku dari koloni Preanger Planet Titanium seperti ratusan orang-orang lainnya yang kembali ke tempat asal usulnya. Â Orang Pasir Batang menyebut kami orang kahyangan atau dari surga. Â Itu terserah mereka, sepertinya kami dituntun untuk kembali ke tempat asal nenek moyang kami mengembalikan dan meneruskan peradaban manusia.
Biru akan s'lalu jadi warnamu
Bandung akan s'lalu jadi istanamu
Kesatu akan s'lalu jadi tempatmu
Meraunglah yang keras maung Bandungku
Dari Bandung, kami bangkit.
Penutup Dua
Ini catatan, 20 April 2445, waktu Bumi. Sudah tiga bulan kami meninggalkan Bumi. Entah kapan  waktu angkasa.
Namaku Kanaya Iskanti. Â Setahu aku nama ayahku, Sang Kuriang dan ibuku Kinanti Putri. Asal orangtuaku dari langit, kata orang dari kahyangan. Dari orang-orang mengajariku namanya planet asalku Titanium dari Koloni Preanger. Â Belakangan aku tahu Bumi adalah tempat asal manusia. Takdir mengantarkanku ke sana. Takdir juga yang mengantarkanku kembali ke langit. Panjang ceritanya, kalau aku tuliskan semua di sini. Tapi aku akan menceritakan lebih detail kisahku.
Dari Kak Raya, aku tahu diperkirakan manusia tersebar di lebih dari sepuluh planet. Ada yang mendirikan  koloni manusia, ada yang terdampar karena melarikan diri, ada yang diungsikan oleh mahluk asing yang kalian sebut sebagai alien karena ada mahluk asing yang menyayangi manusia, tetapi ada juga yang ditawan mahluk alien untuk jadi budak atau eksperimen mereka.
Tidak semua alien menyukai manusia, ada yang membenci manusia dan mahluk alien lain. Mereka banyak dan tersebar di ruang angkasa yang batasnya tidak aku ketahui. Â Aku dan kawan-kawanku ingin mengunjungi umat manusia dan memberi tahu bahwa Bumi masih ada dan membutuhkan mereka. Itu kalau mereka tidak saling beperang. Kalau bisa membebaskan mereka yang ditawan.
Selama ini Hiyang, salah satu bangsa Alien itu mencegah hal ini biar antar koloni manusia tidak saling memangsa. Tetapi kali ini membiarkan, karena ada ancaman lain. Â Bukan saja pada manusia, tetapi juga Hiyang sendiri. Â Aku bersama teman-teman dengan Manuk Dadali mengembara. Hiyang mengawal kami dengan kapal angkasanya sendiri.
"Kak Kanaya, Mak Eti sudah siap dengan hidangannya, tutup dulu diary di alat tablet virtual anjeun," Yura memanggil.