Kedua, Atep Firman, 22 tahun mahasiswa Fakultas  Teknik Elektro dan Telekomunikasi. Mantan permain Persib Preanger Satu. Karakter pendiam, tekun. Sifat jeleknya: Indisipliner, tidak suka diatur.
Ketiga, Maurizia Maharani, 25 tahun. Â Sarjana Teknik Mesin Pesawat Ruang Angkasa. Ternyata penampilan sebagai rocker menutupi pekerjaan dan prestasinya sebagai pembuat pesawat terbang. Karakter bengal, tomboi dan suka tidak pulang berhari-hari ke rumah orangtuanya. Â Seperti Atep, tidak suka diatur-atur.
Lah, dia kan sudah besar? Kang Dedi ada-ada saja.
Keempat, Sersan Kepala Reda Fahrudin, 25 tahun. Desersi ketika naik pangkat dua tingkat, karena kecakapannya menyelamatkan serombongan pelajar dari serangan bolo. Â Tetapi dia sering melanggar prosedur. Kerap bertindak tanpa memberitahu atasan.
Setahu aku  tindakannya sellau tepat dan disukai warga, tetapi kurang disukai atasan, terutama Dewan Preanger. Aku menyesalkan tidak bertemu dia  di sini, mungkin dia tidak enak denganku yang dekat keluarga kami. Tapi dia juga akrab dengan Bagus.
Kelima, Letnan Satu Robin Hermanus, 27 tahun. Komandan eskpedisi rahasia ke selatan Titanium. Dia membawa empat tentara ketika mengendarai jip terbang melintasi garis katulistiwa dan mengalami kecelakaan. Tiga anak buahnya tewas dan dia sendiri selamat dengan motor terbang.
"Kecelakaan? Sudah diperiksa?" tanyaku curiga dalam rapat.
"Dewan memutuskan tidak memeriksa dan tidak ada ekspedisi lagi, karena tidak ada gangguan pada koloni. Anjeun percaya diserang alien? Anjeun terpengaruh cerita kawan anjeun itu," jawab Dedi Cumi. "Tapi kami setuju, kita sudah perlu pesawat tempur ruang angkasa dan robot tempur. Soal alien kita cari tahu."
Aku tidak meremehkan mereka. Dedi Cumi melanjutkan identifikasi terhadap 13 awak Manuk Dadali.
Keenam, Made Kamajaya, 30 tahun, pilot senior pesawat Guru Minda.  Kami tidak mengerti  dia mau bergabung.  Tetapi dia sudah yatim piatu, sejak orangtuanya hilang, ketika pesawat Guru Mindanya dinyatakan hilang dalam patroli disangka. Ayah dan ibunya pilot.
"Hilang karena apa? Karena kecelakaan seperti suami dan anak aing," sela teteh Mayang.