"Mereka membuat pertahanan di atas, terutama yang baru datang sekitar seminggu lalu. Mereka lari dari kalian, ya?" tanya Rani.
Samuel tergelak. Â Pembicaraan mereka terputus, seorang perempuan datang dengan tergesa-gesa. Perempuan berambut ikal, mirip Samuel, namun kulitnya putih.
"Ini  Jane  Tamahela kawan kami!"
"Halo!", dia menyandang senapannya. "Saya dengar ada tembakan, lalu kemari!"
Ira masih penasaran. "Apa yang diperbuat Kanaya?"
"Entahlah. Aneh juga, dia bersekutu dengan orang seperti kalian dan seorang perempuan dari selatan yang dulu memimpin penyerang ke Kabandungan. Sepertinya ada kepentingan yang sama enam bulan yang lalu. Â Mereka bolak-balik dari Dago ke Gedebage. Sejak persekutuan itu musuh kami hanya orang-orang asing yang itu!"
Ira dan Mayang berpelukan, lalu dia memeluk Ambuh dan Purbasari. "Anakku dan kakakmu bersekutu  juga kawan kita dari Titanium itu, kawanmu Guru Minda!"
Rani, Faisal, Jane dan satu lagi mengaku bernama Budiman hanya tersenyum.
"Apa yang mereka mau perbuat?" tanya Ira.
"Tidak tahu, kakak!" sahut Jane. Â Orang-orang mereka tidak menganggu kami kalau berpapasan di jalan, tetapi kalau memasuki areal Gadebage, mereka galak dan tak segan menembak!" Jane mencoba menjawab. "Tapi kami mendengar soal Manuk Dadali."
"Burung Garuda?"